Selasa, 03 Maret 2015

Mainstream Perempuan dalam Karya Sastra

Mendung menggelayuti langit Jogja saat acara Saresehan Sastrawan Perempuan resmi dibuka, Ahad (17/3). Acara yang diselenggarakan atas hasil kerja sama antara PW Fatayat NU, Gadjah Wong Cinema, dan LKiS ini berlangsung di Pendopo Yayasan LKiS, Jl. Pura No 203 Sorowajan, Yogyakarta.

Tujuan kami mengadakan acara ini ya agar menumbuhkan kesadaran kesetaraan gender, ungkap Panitia penyelenggara.

Mainstream Perempuan dalam Karya Sastra (Sumber Gambar : Nu Online)
Mainstream Perempuan dalam Karya Sastra (Sumber Gambar : Nu Online)


Mainstream Perempuan dalam Karya Sastra

Selain itu juga untuk mengeksplorasi karya-karya sastra yang dihasilkan oleh sastrawan perempuan. salah satu, tambahnya.

Acara yang dimulai pukul 09.30 WIB tersebut menghadirkan tiga narasumber sekaligus, yakni Abidah El-Khalieqy, cerpenis asal Pati, Ulfatin ch, dan perwakilan dari komunitas mata pena, Isma Kazee.

Oki Setiana Dewi

Dalam acara tersebut, Abidah El-Khalieqy menyatakan bahwa ada kesamaan tema dengan novel perempuan berkalung surban yang pernah ia tulis.

Ketika nanti saya akan membahas novel perempuan berkalung surban, maka nanti kita akan menemui bahasan yang sesuai degan tema tersebut

Oki Setiana Dewi

Selain itu, Abidah juga menyoroti tentang hak-hak perempuan yang masih belum banyak diperhatikan.

Kebanyakan dari kita, ketika berbicara tentang reproduksi, maka kita hanya akan berbicara tentang kehamilan, kelahiran dan sebagainya. Padahal di sana ada hak-hak perempuan yang harus ditegakkan, ujarnya.

Berbeda dengan Abidah, Ulfatin Ch lebih menyoroti dunia pendidikan untuk mengubah pola pikir masyarakat yang masih menganggap laki-laki itu lebih mulia daripada perempuan. Menurutnya, bangsa ini masih hanya sebatas bisa membaca huruf saja. Bangsa ini belum bisa membaca fenomena di sekitarnya sendiri.

Sedangkan, Isma Kazee yang mewakili Komunita Mata Pena lebih banyak berbicara tentang bagaimana untuk melakukan mainstream perempuan dalam sebuah karya sastra.

Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mengupayakan mainstream perempuan dalam sebuah karya sastra adalah dengan terus-menerus melakukan regenerasi penulis-penulis perempuan, ujar Isma Kazze.

Setelah kurang lebih 3 jam, acara sarasehan yang mengambil tema Pengarusutamaan Gender Dalam Karya Sastra tersebut akhirnya selesai.

Selanjutnya, para peserta pelatihan disuguhi film tentang kepenulisan oleh Gadjang Wong Cinema. Gadjah Wong Cinema merupakan salah satu bioskop miliki Lesbumi DIY yang memiliki tempat pemutaran film di Ngeban Resto, Jl. Cendrawasih, Gaten, Depok, Sleman. (Rokhim Bangkit)

Dari (Daerah) Nu Online: http://www.nu.or.id/post/read/43140/mainstream-perempuan-dalam-karya-sastra

Oki Setiana Dewi

Menyajikan informasi secara lugas dan berimbang, disertai data-data yang akurat dan terpercaya.


EmoticonEmoticon

Nonaktifkan Adblock Anda

Perlu anda ketahui bahwa pemilik situs Oki Setiana Dewi sangat membenci AdBlock dikarenakan iklan adalah satu-satunya penghasilan yang didapatkan oleh pemilik Oki Setiana Dewi. Oleh karena itu silahkan nonaktifkan extensi AdBlock anda untuk dapat mengakses situs ini.

Fitur Yang Tidak Dapat Dibuka Ketika Menggunakan AdBlock

  1. 1. Artikel
  2. 2. Video
  3. 3. Gambar
  4. 4. dll

Silahkan nonaktifkan terlebih dahulu Adblocker anda atau menggunakan browser lain untuk dapat menikmati fasilitas dan membaca tulisan Oki Setiana Dewi dengan nyaman.


Nonaktifkan Adblock