Selasa, 04 Juli 2017

Presiden Akan Deklarasikan Hari Santri di Istiqlal

Jakarta, Oki Setiana Dewi. Presiden Joko Widodo di Masjid Istiqlal Jakarta pada Kamis (22/10) dijadwalkan akan mendeklarasikan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional (HSN).

"Presiden akan meresmikan Hari Santri di Istiqlal. Salah satu rangkaian acaranya adalah dzikir bersama masyarakat dalam deklarasi tersebut," kata Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama Kamaruddin Amin di kantornya, area Lapangan Banteng, Jakarta, Senin.

Presiden Akan Deklarasikan Hari Santri di Istiqlal (Sumber Gambar : Nu Online)
Presiden Akan Deklarasikan Hari Santri di Istiqlal (Sumber Gambar : Nu Online)


Presiden Akan Deklarasikan Hari Santri di Istiqlal

Menurut Kamaruddin, pendeklarasian Hari Santri Nasional akan menjadi peristiwa penting dalam sejarah Indonesia.

"Ini bisa menjadi deklarasi yang memberi konstribusi untuk meningkatkan hubungan Islam dengan negara. Hal ini juga sekaligus dapat menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia menjadi contoh yang baik soal hubungan agama dengan negara," kata dia.

Oki Setiana Dewi

HSN, kata dia, akan menjadi titik tolak upaya mengarusutamakan santri ke tengah peradaban. Sejauh ini, kalangan santri masih tergolong terpinggirkan dan kerap dipandang sebelah mata.

Oki Setiana Dewi

Di masa perjuangan kemerdekaan Indonesia, kata dia, kaum santri tidak dapat diremehkan perannya. Beberapa tokoh nasional sejatinya merupakan kalangan santri, seperti Hasyim Asyari (Nahdlatul Ulama), Ahmad Dahlan (Muhammadiyah), A Hassan (Persis), Ahmad Soorkati (Al-Irsyad), Mas Abd Rahman (Matlaul Anwar) dan lainnya.

Penetapan 22 Oktober, masih kata Kamaruddin, mempunyai landasan kokoh kepahlawanan dari sisi sejarah dengan adanya resolusi jihad melawan penjajah pada masa awal Indonesia mempertahankan kemerdekaan.

Lebih jauh, Kamaruddin berharap agar semangat santri dimaknai luas oleh masyarakat Indonesia. Semangat santri adalah bersatunya jiwa religius dengan nasionalisme. Dengan begitu, siapa saja dapat tergolong sebagai santri dengan dua unsur utama itu.

"Jiwa religiusitas di Indonesia sangat diperlukan karena kini Indonesia cenderung diserang globalisasi ekstrimisme. Sementara cakupan santri ini luas dan pondok pesantren masuk di dalamnya. Santri yang terpinggirkan harus bersinergi sehingga menjadi salah satu unsur penting penopang bangsa," kata dia. (Antara/Mukafi Niam)

Dari (Nasional) Nu Online: http://www.nu.or.id/post/read/62927/presiden-akan-deklarasikan-hari-santri-di-istiqlal

Oki Setiana Dewi

Senin, 26 Juni 2017

Pesantren Annuqayah Juara Umum Festival Dua Bahasa

Sumenep, Oki Setiana Dewi. Para santri Pondok Pesantren Annuqayah Guluk-Guluk, Sumenep, Jawa Timur, berhasil membawa pulang piala bergengsi sebagai juara umum pada ajang Festival Dua Bahasa (FDB) di Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan, Sumenep.

Hal ini menambah kegembiraan pihak pesantren karena belum genap seminggu santri Pesantren Annuqayah juga menjuarai menjuarai lomba pidato dan baca kitab yang digelar di Pesantren Darul Ulum Banyuanyar, Pamekasan.

Pesantren Annuqayah Juara Umum Festival Dua Bahasa (Sumber Gambar : Nu Online)
Pesantren Annuqayah Juara Umum Festival Dua Bahasa (Sumber Gambar : Nu Online)


Pesantren Annuqayah Juara Umum Festival Dua Bahasa

Festival Dua Bahasa (FDB) 2014 diselenggarakan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Institud Dirasat Islamiyah Al-Amien (IDIA) Prenduan. Sebanyak 25 santri Pesantren Annuqayah yang hadir sejak Rabu (5/3 ) mengikuti serangkaian acara tersebut.

Oki Setiana Dewi

Mereka terdiri dari 7 santri putra dan 5 santri putri utusan Markazul Lughah al-Arabiyah dan English Education Program (EEP) Pondok Pesantren Annuqayah; 3 santri putra dan 3 santri putri utusan Pondok Pesantren Annuqayah Daerah Nirmala; dan 8 santri putri utusan MA 1 Annuqayah Putri. Mereka didampingi oleh 8 orang yang betugas membimbing dan menyiapkan segala kebutuhan mereka selama perlombaan.

Oki Setiana Dewi

Dalam momen ini, para santri ini bersaing dengan peserta lain dari berbagai lembaga pendidikan di Jawa Timur untuk memperebutkan gelar juara dalam lomba pidato, bercerita, menyanyi dan baca puisi dalam dua bahasa, yakni bahasa Arab dan bahasa Inggris. Dari keempat lomba tersebut, santri Pesantren Annuqayah hanya gagal menjadi juara dalam lomba menyanyi.

Pada ajang FDB 2014 ini, mereka membawa pulang 9 piala dari keseluruhan piala yang berjumlah 24. Piala-piala yang peroleh utusan Annuqayah adalah piala juara 1 pidato bahasa Arab, juara 2 pidato bahasa Arab, juara 1 baca puisi bahasa Arab, juara 2 baca puisi bahasa Arab, juara 2 baca puisi bahasa Inggris, juara 3 baca puisi bahasa Inggris, juara 1 bercerita bahasa Arab, juara 3 bercerita bahasa Arab, dan juara 3 bercerita bahasa Inggris.

Pesantren Annuqayah dinobatkan sebagai juara umum FDB 2014 karena lebih dari sepertiga juara berasal darinya, sementara sisanya diraih banyak peserta lain dari instansi yang berbeda-beda. FDB 2014 ditutup pada Jumat (7/3) malam.

"Alhamdulillah, sebenarnya kami tidak menyangka akan mendapat perolehan sebesar ini. Soalnya persiapan yang kami lakukan sebelum berangkat ke Pesantren Al-Amien sangat kepepet, hanya tiga hari sebelum acara pembukaan, ungkap Ahmad Basili, salah satu pendamping kontingen Annuqayah.

"Piala Juara Umum-nya sebesar apa?" tanya saya pada Ibnu Hajar selaku ketua kontingen.

"Lumayan, nggak bakal habis dimakan tiga hari," jawabnya sambil tertawa lepas. (Umarul Faruq/Mahbib)

Dari (Pesantren) Nu Online: http://www.nu.or.id/post/read/50677/pesantren-annuqayah-juara-umum-festival-dua-bahasa

Oki Setiana Dewi

Kamis, 08 Juni 2017

Sudans NU holds talks with minister of endowments

Khartoum, Oki Setiana Dewi. Sudans Minister of Endowments and Religious Affairs DR Muhammad Mustafa Al-Yakuti received a visit from Special Branch Board of Nahdlatul Ulama (PCINU) of Sudan at the ministrys headquarters in Khartoum on Wednesday (9/1).

Present also tt the meeting were Supreme Council (mustasyar) of PCINU DR Muhammad Sulaiman who is also Chairman of the Preaching Council of the Ministry of Endowments and Religious Affairs, Chairman of the Advisory Board (syuriyah) of PCINU Mirwan Akhmad Taufiq, Deputy Chairman of the Advisory Board Abdussalam, Deputy Secretary of the Advisory Board Zainul Alim and Lian Fuad.

Sudans NU holds talks with minister of endowments (Sumber Gambar : Nu Online)
Sudans NU holds talks with minister of endowments (Sumber Gambar : Nu Online)


Sudans NU holds talks with minister of endowments

Mirwan expressed gratitude to the minister for warmly receiving the NU delegates and introduced Nahdhatul Ulama as the Indonesias largest Muslim organization.

Mirwan also conveyed the idea of an international Sufi gathering that will be organized by the Jamiyyah Ahlit Thoriqoh al-Mutabaroh an -Nahdliyah (a sufi order organization recognized by NU) in the Jakartas Borobudur Hotel in the near Future.

Oki Setiana Dewi

NU is a religious social organization with some 90 followers. The organization aims to keep preserving and maintaining the teachings of Ahlussunnah wal Jamaah and has institutions and committees, including, Jamiyyah Ahlit Thoriqoh al-Mutabaroh an-Nahdliyah which is engaged in sufi orders (tariqa) in Indonesia which is currently led by Habib Ali Lutfi bin Yahya.

Following up an international Sufi gathering in Malang, Mirwan added, the NU Islamic scholars (ulema) agreed to make a worldwide tariqa network called "Majma As-Sufi al-Alami", which is aimed at further cultivating relationship, uniting sufi orders in different parts of the world that have not been well-organized in addition to propagating the teachings of Islam and helping create world peace.

Oki Setiana Dewi

Meanwhile, the Sudanese Minister of Endowments and Religious Affairs also conveyed a sense of happiness and pleasure for knowing significant roles played by NU in propagating the teachings of Aswaja in Indonesia.

Editor : Sudarto Murtaufiq

Contributor : Zainul Alim

Dari (International) Nu Online: http://www.nu.or.id/post/read/41711/sudan039s-nu-holds-talks-with-minister-of-endowments

Oki Setiana Dewi

Selasa, 25 April 2017

IPNU-IPPNU Jombang Tambah Komisariat Baru

Jombang, Oki Setiana Dewi. Pimpinan Cabang Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Kabupaten Jombang terus mengembangkan komisariat di sekolah-sekolah. September ini, sebuah pimpinan komisariat baru berdiri di MA Bahrul Ulum Tambakberas, Jombang, Jawa Timur.

Kepengurusan perdana di madrasah tersebut dilantik dua hari pasca malam puncak peringatan haul ke-43 KH Wahab Chasbullah, Selasa (9/9) pagi, di halaman sekolah setempat.

IPNU-IPPNU Jombang Tambah Komisariat Baru (Sumber Gambar : Nu Online)
IPNU-IPPNU Jombang Tambah Komisariat Baru (Sumber Gambar : Nu Online)


IPNU-IPPNU Jombang Tambah Komisariat Baru

Ketua PC IPNU Jombang Abdul Rosyid berharap pengurus baru mampu menjadi salah satu amunisi IPNU-IPPNU Jombang, khususnya dalam membantu mengatasi problem pelajar dan remaja yang semakin kompleks saat ini.

Oki Setiana Dewi

Selain program-program yang berkaitan dengan kegiatan ubuddiyyah NU, untuk memperluas wawasan juga perlu adanya pemahaman secara konseptual tentang dalil-dalil Al-Quran dan Hadits yang mendasarinya. Misalnya, melalui kegiatan diskusi pelajar, debat, seminar, dan lain sebagainya, tambah Aliyah, Ketua PC IPPNU Jombang.

Menurut Sekretaris PC IPPNU Jombang Aulia Rohmah, untuk memperkuat dan menambah kompetensi para pengurus dalam menjalankan program kerjanya, penting pula mempelajari buku pedoman organisasi, baik berupa Peraturan Dasar dan Peraturan Rumah Tangga, hasil-hasil Kongres, sistem pengkaderan, petunjuk pelaksanaan organisasi dan administrasi baik IPNU maupun IPPNU.

Oki Setiana Dewi

Baruddin selaku pembina sekaligus sebagai penggerak awal masuknya IPNU-IPPNU ke MA Bahrul Ulum mengatakan, pendirian komisariat IPNU-IPPNU ini penting karena lahirnya NU berasal dari Tambakberas. Menurutnya, sudah selayaknya pelajar MA Bahrul Ulum mendapat pembentengan Aswaja, sehingga NU ke depan lebih kuat dan terus berjalan dengan baik.

Semoga ini awal dari perjuangan MA BU untuk mejadi garda penerus perjuangan para Ulama, tuturnya.

AsmuI, Kepala MA BU, mengatakan siap menopang penuh kegiatan IPNU-IPPNU di sekolahnya. MA Bahrul Ulum adalah PK IPNU-IPPNU pertama yang masuk ke Bahrul Ulum Tambakberas Jombang mudah-mudahan di ikuti sekolahan-sekolahan yang lainnya , katanya. (Red: Mahbib Khoiron)

Dari (Daerah) Nu Online: http://www.nu.or.id/post/read/54410/ipnu-ippnu-jombang-tambah-komisariat-baru

Oki Setiana Dewi

Kamis, 20 April 2017

LAZISNU Tangsel Gelar Rangkaian Kegiatan Sosial

Jakarta, Oki Setiana Dewi. Lembaga Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah Nahdlatul Ulama (LAZISNU) Kota Tangerang Selatan (Tangsel) telah mengadakan beragam kegiatan sosial berupa pengobatan gratis, penyuluhan kesehatan, dan santunan anak Yatim.

Kagiatan dipusatkan di Kelurahan Kademangan, Kecamatan Setu, Kota Tangerang Selatan, Sabtu, (15/12) lalu. Menurut Ketua LAZISNU Tangsel, Ulul Albab, pengobatan gratis diikuti sekitar 500 pasien warga miskin.

LAZISNU Tangsel Gelar Rangkaian Kegiatan Sosial (Sumber Gambar : Nu Online)
LAZISNU Tangsel Gelar Rangkaian Kegiatan Sosial (Sumber Gambar : Nu Online)


LAZISNU Tangsel Gelar Rangkaian Kegiatan Sosial

Dalam aksi sosial tersebut 100 warga terindikasi penyakit gula darah dan HB 50 orang. Ada yang stroke. Dan sisanya penyakit ringan, seperti batuk dan panas, ujar Ulil di kantor redaksi Oki Setiana Dewi di Jakarta, Kamis (20/12)

Selain itu, digelar pula penyuluhan bahaya AIDS, narkoba dan pengelolaan sampah dan penanaman 999 pohon di pinggir kali Cisadane, kuburan, dan tanah-tanah kosong di desa itu.

Oki Setiana Dewi

Menurutnya, melalui kegiatan tersebut LAZISNU Tangsel ingin membantu warga miskin di daerah kecamatan Setu. Untuk menyukseskan program ini, LAZISNU bekerjasama dengan IPPNU, Puskesmas Kranggan, PKK Kademangan, Karang Taruna Tunas Harapan Kademangan, LPM Lentera, dan Praktikum Mahasiswa Kesejahteraan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Kegiatan yang dimulai pukul 08.00 WIB, dibuka Camat Kecamatan Setu, Bani Khosyatullah, berakhir pukul 14.00 ditutup doa Ketua PCNU Tangerang Selatan KH Abbas Hurobi.

Oki Setiana Dewi

Redaktur: A. Khoirul Anam

Penulis : Abdullah Alawi

Dari (Daerah) Nu Online: http://www.nu.or.id/post/read/41346/lazisnu-tangsel-gelar-rangkaian-kegiatan-sosial

Oki Setiana Dewi

Jumat, 03 Februari 2017

Ratusan Tahun Bangsa Lain Menjajah Karena Aroma Tembakau Nusantara

Oki Setiana Dewi - Kita masih dalam suasana peringatan Hari Kemerdekaan Bangsa Indonesia, 17 Agustus 1945, dan saya termasuk yang percaya bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang berdiri pada 18 Agustus 1945, ialah negara yang tak pernah dijajah dengan peperangan fisik oleh bangsa mana pun. Negara ini berusia 71 tahun, bagaimana bisa dijajah 350 tahun? Minus! Ya, minus 279 tahun. Persoalannya menjadi berbeda jika kita membicarakan Nusantara. Tema penjajahan bisa menjadi relevan.

Adalah The Grand Old Man, Haji Agus Salim, diplomat ulung yang menguasai lebih dari tujuh bahasa asing, yang mengingatkan saya soal Nusantara itu. Hari-hari ini, ketika obrolan tentang harga rokok akan dinaikkan menjadi Rp 50 ribu per bungkus, saya menjadi semakin yakin betapa upaya penjajahan terhadap Bangsa Indonesia sebagai anak kandung Bangsa Nusantara masih terus berlangsung. Bangsa-bangsa di dunia masih geregetan dengan kita.

Kepada Pangeran Philip, Haji Agus Salim meneguhkan arti nama kecilnya yaitu Masyudul Haq atau pembela kebenaran. "Paduka, adakah Paduka mengenal aroma ini?" tanya Haji Agus Salim, seraya menyodorkan sebatang rokok. Dalam suasana tegang pelantikan Ratu Elizabeth II pada 1953 di Istana Buckingham itu, Haji Agus Salim bahkan berdiplomasi. Pangeran Philip yang menggelengkan kepala, tidak mengenal aroma apa yang dibawa negarawan Indonesia itu disentil dengan argumen faktual.

Haji Agus Salim menjawab, ini aroma tembakau. "Inilah sebabnya 300 atau 400 tahun yang lalu bangsa Paduka mengarungi lautan mendatangi negeri kami," tegasnya. Ya, bangsa-bangsa di dunia ketika itu memang berebut datang lebih dulu dan bertahan lebih lama di negeri ini, demi mengeruk kekayaan alam kita, bahkan sampai hari ini. Kegaduhan-kegaduhan hari ini adalah kelanjutan dari keributan-keributan hari kemarin. Tema masih sama: menguasai kekayaan alam.

Dari barus yang sampai ke Mesir hingga kemenyan yang sampai ke Arab, dari Emas Swarnadwipa hingga Mutiara Hitam di berbagai penjuru kepulauan, dari rempah hingga Daun Emas di ladang-ladang perkebunan. Tentu, caranya tidak melulu berupa upaya penguasaan terhadap tanah dan air Indonesia. Tapi, yang lebih penting dari itu adalah penguasaan terhadap sumber daya manusia di negeri ini. Wajar jika kemudian ikhtiar pembodohan terus-menerus terjadi.

Saya berdecak melihat pemimpin redaksi sebuah majalah arus utama di Indonesia via Twitter membocorkan rencana sampul majalah edisi terbaru mereka. Dengan bibir menjepit rokok, Chairil Anwar menyalakan api. Judul besarnya adalah "Bagimu Negeri Menyediakan Api." Tapi, tak dinyana, pada hari terbit majalah itu, Chairil Anwar kehilangan rokok. Entah siapa yang berani mengambil rokok Si Binatang Jalang itu dari sampul majalah. Semakin ramailah isu ini.

Ya, isu pro-rokok dan anti-rokok tak pernah mati api. Banyak peraturan telah dicanangkan pemerintah. Bordes dan gerbong restorasi sudah tidak bisa lagi untuk mengisap rokok. Tidak main-main, ancamannya diturunkan dari kereta api. Celakanya, merokok di stasiun kereta api pun kini tidak seleluasa dulu sebelum gosip dana miliaran rupiah mengepul di sela-sela fatwa haram merokok. Di ruang publik, asap rokok dibasmi karena dicap berdaya-bunuh tinggi.

Menutup obrolan yang tidak akan pernah selesai ini, saya mengajukan satu pertanyaan saja. Jika harga rokok memang akan dinaikkan menjadi Rp 50 ribu per bungkus, apa sesungguhnya tujuan pemerintah? Apakah demi menaikkan devisa negara dari cukai rokok atau demi mengurangi jumlah perokok? Sebab, jika tujuannya pendapatan negara, pemerintah justru harus mendidik perokok agar lebih militan dan masif, serta meregenerasi perokok.

Daun Emas, ya daun-daun tembakau, masih berladang-ladang di negeri ini. Rokok adalah denyut hidup dari hulu sampai hilir. Saya memohon kepada sesama perokok untuk menghormati yang tidak merokok. Kawan-kawan yang tidak merokok, belajarlah dari Soekarno yang suka merokok States Express 555.

Dia mengajari Mangil Martowidjojo, Komandan Detasemen Kawal Pribadi Presiden yang bukan perokok, untuk beramal dengan selalu membawa korek api. "Sungguh pun yang minta api itu bukan saya, tetapi orang lain. Kamu memberikan api kepada orang yang akan merokok, kamu dapat pahala.” katanya. [Oki Setiana Dewi]

Candra Malik, disampaikan dalam CNN Indonesia secara live, 21 Agustus 2016.

Dari : http://www.dutaislam.com/2016/08/ratusan-tahun-bangsa-lain-menjajah-karena-aroma-tembakau-nusantara.html

Senin, 30 Januari 2017

Usai Diluncurkan, Atlas Wali Songo Dibedah

Jakarta, Oki Setiana Dewi. Kegiatan bedah buku mengiringi acara peluncuran (launching) buku Atlas Wali Songo, Kamis (5/78), di Gedung PBNU, Jakarta Pusat. Karya besar sejarawan Agus Sunyoto ini diterbitkan oleh Lajnah Talif wan Nasyr Nahdlatul Ulama (LTNNU) bekerja sama dengan pustaka Iiman, dan Trans Pustaka.

Sejumlah pakar yang hadir mengisi acara, antara lain, Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj, Wasekjen PBNU Abdul Munim DZ, Budayawan Sudjiwo Tedjo, dan Arkeolog UI Dr Irmawati Marwoto, serta penulis buku Agus Sunyoto.

Usai Diluncurkan, Atlas Wali Songo Dibedah (Sumber Gambar : Nu Online)
Usai Diluncurkan, Atlas Wali Songo Dibedah (Sumber Gambar : Nu Online)


Usai Diluncurkan, Atlas Wali Songo Dibedah

Dalam kesempatan itu, Agus menyampaikan, Wali Songo merupakan penentu penyebaran ajaran Islam di Indonesia. Meskipun Islam datang sejak tahun 674, Islam tidak begitu saja diterima penduduk Nusantara. Secara perlahan Wali Songo sukses mengislamkan setelah pendekatan sufistik dan kultural mereka dirasakan pada abad ke-15.

Sejumlah temuan kontroversial turut mengejutkan audien yang menyimak penjelasan Agus. Wakil Ketua Lesbumi ini, misalnya, tak memaksukan Syeikh Maulana Malik Ibrahim sebagai anggota Wali Songo, lantaran hidupnya yang jauh dari era Wali Songo. Uniknya, Raden Fatah dan Syekh Siti Jenar justru terdaftar sebagai bagian dari jajaran Wali Songo.

Oki Setiana Dewi

Irmawati menyatakan kekagumannya terhadap usaha Agus dalam merekonstruksi sejarah penting dalam khazanah peradaban Nusantara. Kendatipun mengritiknya beberapa poin dari isi buku, ia mengakui pembuktian arkeologis yang diterapkan agus hanya dapat dilakukan oleh orang-orang tertentu.

Menurut Kiai Said, panggilan akrab KH Said Aqil Siroj, selama ini memang dirasakan langkanya penulisan sejarah yang kredibel tentang orang-orang suci ini. Sebagian orang bahkan menyingkirkan jasa besar mereka sebagai pembentuk karakter bangsa.

Oki Setiana Dewi

Penulisan buku ini penting, karena kita menyadari Wali Songo mulai tidak diakui sebagai pengembang moral dan karakter bangsa, terangnya.

Redaktur: Mukafi Niam

Penulis : Mahbib Khoiron

Dari (Nasional) Nu Online: http://www.nu.or.id/post/read/38671/usai-diluncurkan-quotatlas-wali-songoquot-dibedah

Senin, 16 Januari 2017

Pengertian Ghuluw dan Bantahan Wahabi Tentang Pujian Berlebihan Kepada Nabi

Oki Setiana Dewi - Pengertian Ghuluw secara bahasa adalah menambahkan, meninggikan, dan melampaui batas serta kadar ukuran yang biasa pada segala sesuatu, atau berlebihan padanya, seperti kalimat “ghola fiddin wal amru yaghlu”. Kalimat ini artinya adalah melampaui batas. (lihat Lisanul Arab juz 15 hal 131-132)

Pengertian Ghuluw dan Bantahan Wahabi Tentang Pujian Berlebihan Kepada Nabi
Pengertian Ghuluw dan Bantahan Wahabi Tentang Pujian Berlebihan Kepada Nabi


Adapun al-ghuluw secara istilah adalah model atau tipe dari keberagamaan yang mengakibatkan seseorang keluar dari agama tersebut. (lihat Lisanul ‘Arab juz 15 hlm. 131, 132)

Secara syariat, Al-ghuluw artinya adalah melampaui batas dan kadar (ukuran). Sehingga setiap orang yang mengatakan kenabian untuk orang yang bukan Nabi atau menuhankan manusia, atau mengakui kepemimpinan seseorang yang bukan pemimpin, maka ia layak untuk dikatakan sebagai orang yang telah berbuat Al-Ghuluw. (lihat az-Zinah Fi al-Kalimat al-Islamiyah al-‘Arabiyah, hlm. 305 dan 354.)

Imam Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan, "Al-ghuluw adalah berlebihan dalam sesuatu dan bersikap keras padanya dengan tindakan melampaui batasan sesuatu tersebut. Dan pada al-ghuluw juga terkandung makna memperdalam." (lihat Fathul Bari juz 13 hlm. 291). Berlebihan di sini artinya melampai batas ukuran yang ditetapkan atau diakui oleh syari’at dalam masalah-masalah agama. (lihat Al-Ghuluw karangan ‘Ali Asy-Syibl, hlm. 22).

Penganut dan pengikut wahabi talafi melontarkan tuduhan berlebihan kepada mayoritas umat muslim yang memuji-muji Rasul Saw yang biasa dilakukan di majlis-majlis maulid atau majlis lainnya. Entah kenapa mereka begitu alergi jika Baginda Nabi Saw dipuji-puji.

Seolah telinga-telinga mereka merasakan kepanasan yang luar biasa saat mendengar pujian yang indah untuk Rasulullah Saw hingga Berani menuduh kaum muslimin telah melakukan Ghuluw atau berlebihan (kultus) kepada Nabi Saw. Mereka tak mampu membedakan mana ghuluw dan mana pujian yang memang patut dikatakan untuk Rasulullah Saw. Padahal Allah Swt telah memuji Nabi-Nya itu dengan pujian-pujian agung

Hadits Larangan Memuji Nabi Kelompok wahabi mengatakan kalau memuji dan menyanjung Nabi Muhammad secara berlebihhan bisa mengarah kepada kemusyrikan dan telah melakukan praktik bid’ah dalam agama Islam yang sekaligus melanggar Sunnah Sayyidil Mursalin, Muhammad Saw.

Dalil yang biasa mereka pakai adalah hadits larangan memuji secara berlebihan kepada Rasulullah di bawah ini,

Artinya: "Janganlah kalian berlebihan dalam memujiku seperti kaum Nasrani yang berlebihan dalam memuji putra Maryam. Aku hanyalah hamba Allah, maka katakanlah (mengenaiku) 'Hamba Allah dan Rasul-Nya' " (HR. Bukhari).

Padahal, jika mau terus meneliti, dalam hadits larangan memuji Nabi tersebut, Rasulullah tidak menggunakan kalimat, "laa tamdahuuni" atau "laa tahmaduuni", yang artinya "janganlah kalian memujiku".

Kalimat yang digunakan Nabi dalam hadits ghuluw tersebut adalah "laa tathruuni" (لا تطروني) yang bermakna al-mubalagah fil madhi (lihat Kamus al-Ma’ani bab Ithra), yakni berlebihan di dalam pujian. Jadi, arti hadits ghuluw tersebut adalah "janganlah kalian berlebihan di dalam memujiku".

Lalu apa dan bagaimana batasan pujian yang berlebihan itu? Ini yang di kalangan wahabi tidak ada standar jelas. Padahal, Nabi sudah memberikan batasan yang jelas mengenai pujian yang berlebihan kepada beliau itu.

Ini soal redaksi awal hadits ghuluw tersebut. Coba kita perhatikan lanjutan haditsnya

Artinya: "…seperti kaum Nasrani yang berlebihan dalam memuji putra Maryam. Aku hanyalah hamba Allah, maka katakanlah (mengenaiku) 'Hamba Allah dan Rasul-Nya'"

Dalam hadits tentang ghuluw di atas, kita dilarang memuji Nabi Saw seperti pujian kaum Nasrani kepada Nabi Isa yang berlebihan menganggap sebagai anak Tuhan atau Tuhan. Akan tetapi, pujilah Nabi Saw dengan pujian yang tidak sampai mengultuskan (memutuskan) beliau dari statusnya sebagai hamba Allah yang punya sifat manusiawi dan juga kerasulannya yang harus diimani.

Ayat-Ayat Qur'an yang Memuji Rasulullah Bagaimana kelompok ekstrimis takfiri itu menuduh kaum muslimin para pecinta Rasulullah Saw yang membaca maulid, bersholawat dan sebagainya sebagai tindakan berlebihan dalam memuji Nabi? Apakah memang hati mereka sudah diselimuti kebencian Kepada Rasulullah Saw. Padahal Allah Swt juga memuji Baginda Rasul. 

"Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bersalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan padanya" (QS. Al-Ahzab: 56).

Maksud dan tujuan ayat di atas adalah Allah Swt memberitakan kepada kita tentang kedudukan hamba-Nya, Nabi-Nya (Muhammad) yang agung dan paling utama dibanding para malaikat di sisi Allah. Dan para malaikat pun memuji Kanjeng Nabi.

Allah Swt juga memerintahkan pada seluruh penduduk alam bawah (bumi) untuk bersholawat serta mengirim salam kepada Nabi agar sholawat salam padanya tergabung dari langit dan bumi. Lihat keterangan tafsir ayat di atas dalam kitab Tafsir Ibnu Katsir: 6/457.

Ibnu ‘Abbas ra. juga mengatakan "Allah dan para malaikat bersholawat itu artinya Allah Swt dan para malaikat memberi berkah, dua arti ini yang dicatat oleh Imam Bukhori. (lihat Shahih Bukhori: 8/532).

Pertanyaanya, apakah termasuk ghuluw jika kita memuji berlebihan kepada manusia mulia yang sangat dicintai oleh Allah Swt. Manusia ya, bukan Tuhan. Nabi tetap manusia, bukan pencipta alam. Ini yang harus diingat oleh kalangan wahabi ngacau itu.

Kita bisa simak kembali bagaimana Allah sang Pencipta langit dan bumi ini memuji Baginda Nabi Muhammad shallahu alaihi wa sallam.

"Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (QS. Al-Qalam: 4)

"Dan sesungguhnya kamu benar-benar menunjukkan pada jalan yang lurus" (QS. Al-Ahzab: 52)

"Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung"

Kata-kata "agung" dari Allah yang Maha Agung dalam ayat-ayat di atas, memiliki makna yang besar dan tidak bisa dijangkau batasnya oleh alam pikiran kita. Artinya kita bebas untuk menisbatkan sifat-sifat kesempurnaan makhluk bagi Nabi Saw tanpa batas, kecuali menjadikan beliau sebagai Tuhan, karena setinggi apapun pujian kita, tak akan mampu menandingi pujian Allah Swt kepada Rasulullah Saw. Silakan baca lagi ayat selanjutnya ini:

Artinya: "Sesungguhnya telah datang kepada kalian seorang Rasul dari golongan kalian sendiri, terasa berat baginya penderitaan kalian, ia sangat mengharapkan kebaikan (keimanan dan keselamatan) bagi kalian. Amat belas kasihan lagi penyayang bagi umat mukmin." (QS At-Taubah: 128).

Lihatlah, dalam ayat di atas Allah Swt menyematkan dua Asma-Nya untuk Rasulullah Saw, yaitu Rauuf dan Rahiim (pengasih dan penyayang). Tapi jangan dipahami bahwa sifat kasih dan sayang Nabi Saw dalam ayat tersebut lalu dianggap menandingi sifat kasih dan sayang Allah Swt. Raouuf dan Rahiim kanjeng Nabi tetap dalam batasan kemanusiawiaan. Ini Allah yang menyebut demikian. Bukan manusia.

Pujian Berlebihan dari Para Sahabat Kepada Nabi Salah satu Sahabat yang juga memuji Nabi Saw secara berlebihan adalah Hassan ibn Tsabit, terangkum dalam syair (puisi) di bawah ini. Diambil dari Diwan Hassan bin Tsabit: 1/2. Silakan dibaca dengan cermat, ada yang menyebut Nabi sebagai Tuhan tidak?

Orang yang bersinar wajahnya dan ada cap kenabian | Dari Allah yang terlihat cemerlang.

Allah menggabungkan nama beliau dengan nama-Nya | Ketika muadzin mengucap Asyhadu 5 kali sehari

Sebagai penghormatan, dari nama-Nya Tuhan memberikan kepada Nabi | Maka Tuhan pemilik ‘arsy itu Dzat yang dipuji dan beliau orang yang banyak dipuji.

Beliau adalah Nabi yang datang setelah masa kekosongan | Dari para rasul, pada saat arca-arca disembah di muka bumi.

Beliau adalah pelita yang menyinari dan petunjuk | Yang mengkilap bak pedang India.

Beliau mengancam dengan neraka dan memberi kabar bahagia dengan sorga | Dan mengajarkan Islam kepada kami, maka hanyalah untuk Allah segala pujian.

Wahai pilar penyangga dan pelindung orang yang berlindung | tempat orang meminta bantuan dan tetangga bagi yang berdampingan.

Wahai orang yang dipilih Tuhan untuk makhluk-Nya | Allah telah memberimu perilaku yang bersih dan suci

Engkau adalah Nabi dan sebaik-baik keturunan Adam | Wahai orang yang berderma laksana limpahan samudera yang pasang.

Mikail dan Jibril senantiasa bersamamu | sebagai bantuan dari Dzat Yang Maha Perkasa dan Kuasa untuk menolongmu. Sababat lain yang juga tercatat pernah memuji Nabi dalam bentuk syair indah adalah Shafiyyah binti ‘Abdil Muththallib. Dalam puisi berbait ini, ia menyebut-nyebut kebaikan Rasulullah SAW:

Wahai Rasulullah, engkau adalah harapan kami | Engkau baik pada kami dan tidak kasar

Engkau pengasih, pembimbing dan pengajar | Hendaklah menangis sekarang orang yang ingin menangis

Engkau jujur, engkau telah menyampaikan risalah dengan jujur | Engkau telah melemparkan kayu salib yang mengkilap

Ibu, bibi, paman, ayah, | diriku dan hartaku menjadi tebusan untuk Rasulullah

Sungguh, aku tak menangisi kematian Nabi | Namun aku khawatir akan datangnya kekacauan

Di hatiku seolah-olah ada ingatan Muhammad | Sesudah kematian beliau, aku tak takut pada kesusahan yang terpendam

Jika Allah mengekalkan Nabi kami | Kami akan bahagia, tapi urusan beliau telah berlalu

Salam dari Allah untukmu, sebagai ungkapan penghormatan | Engkau telah dimasukkan ke surga ‘Adn dengan suka cita

Wahai Fathimah, Allah Tuhan Muhammad | telah menyampaikan shalawat atas kuburan yang berada di Thaibah.

Sababat Nabi yang lain bernama Ka’b ibn Zuhair juga menyanjung Nabi dalam qasidah populernya, yang prolognya sebagai berikut:

Su’ad telah bercerai maka hatiku kini merasa sedih, | diperbudak dan terbelenggu.Pengaruhnya tak bisa ditebus

Aku dikabari bahwa Rasulullah menjanjikanku | Ampunan dapat diharapkan di sisi Rasulullah.

Sungguh Rasulullah adalah cahaya yang menyinari | Laksana pedang India dari beberapa pedang Allah, yang terhunus.

Dalam kelompok suku Qurays di mana salah satu mereka berkata | Di dalam Makkah saat masuk Islam mereka berhijrah.

Mereka berjalan seperti unta yang berkemilau | Mereka terlindungi oleh pukulan saat orang-orang negro yang pendek berusia lanjut. Dalam narasi selain puisi atau syair, sahabat Sariyah pun pernah memuji Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ini kalimat dari Sariyah:

Artinya: "Tidak ada seeokor unta pun yang membawa seseorang di atas punggungnya, yang lebih baik dan menepati janjinya daripada Muhammad".

Jika mau menyebut satu persatu, akan bbanyak kita temukan pujian-pujian para sahabat yang dialamatkan kepada Nabi Muhammad Saw, sehingga Nabi Saw pun senang mendengarnya. Ini semua membuktikan bahwa memuji Baginda Nabi Saw dengan pujian setinggi-tingginya, sangat diperbolehkan.

Apalagi jika kita merujuk nama Nabi, yaitu Muhammad, bentuk isim maf’ul dari kata Hammada Yuhammidu Tahmiidan, yang secara bahasa artinya "yang banyak dipuji". Setidaknya, fakta nama Kanjeng Nabi tersebut adalah isyarat kuat bahwa memang beliau pantas untuk selalu dipuji kaum muslimin maupun yang bukan.

Wahabi Justru Ghuluw Kepada Syeikh nya Fakta yang terjadi di kalangan wahabi-salafi, justru mereka telah melakukan ghuluw (berlebihan) ketika memuji syaikh mereka sendiri, dan seolah biasa-biasa saja ketika menyebut nama mulia Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, berikut buktinya.

Di dalam muqaddimah kitab At-Tamhid li Syarh Kitab at-Tauhid (hlm.3), karya Muhammad bin Abdul Wahhab, yang dikarang oleh Shaleh bin Abdul Aziz Aalu Syaikh ditulis begini:

Artinya: "Kitab ini –kitab Tauhid- antara karya seorang imam, yang memperbaiki, sang pembaharu, guru Islam dan kaum muslimin, Muhammad bin Abdul Wahhab –semoga Allah merahmatinya- cukup dari pengenalan, dikarenakan Allah Ta’ala telah menjadikan dakwahnya pengaruh manfaat bagi seluruh pelosok di muka bumi ini. Baik yang ada di Timur, Barat, Utara ataupun Selatan. Hal ini tidak diragukan lagi, karena dakwah beliau –semoga Allah merahmatinya- adalah untuk menghidupkan dakwah Muhammad bin Abdillah shallallahu ‘alaihi wa sallam".

Coba perhatikan perilaku wahabi ini, ia menyebutkan nama Muhammad bin Abdul Wahhab dengan sebutan dan pangkat yang begitu hebat dan tinggi dengan kalimat -Rahimahullah- berulang-ulang tiap kali namanya disebut.

Akan tetapi, coba Anda perhatikan, ketika wahabi ini menyebut nama makhluk Allah yang paling mulia ini (Baginda Nabi Muhammad), justru tidak menyebutnya sebelumnya dengan sebutan pangkat Nabi Saw, yang tinggi dan mulia. Bahkan disebut lebih tinggi dan mulia dari pangkat Muhammad bin Abdil Wahhab.

Padahal Allah sendiri telah memerintahkan kita agar tidak menyebut Nama Nabi Muhammad seperti sebutan atau panggilan kita dengan sesama kita yang lainnya. Naudzubillahi min dzaalika. Lalu, siapa yang sebenarnya bersikap ghuluw? [Oki Setiana Dewi

Dari : http://www.dutaislam.com/2015/12/pengertian-ghuluw-dan-bantahan-wahabi-tentang-pujian-berlebihan-kepada-nabi.html

Minggu, 15 Januari 2017

Problem Menurunnya Moralitas Anak Jadi Perhatian Muslimat NU

Jakarta, Oki Setiana Dewi. Ketua Himpunan Daiyah Muslimat (HIDMAT) NU Hj Mahfudhoh Aly Ubaid mengatakan bahwa buku ini sangat perlu untuk menjadi pegangan dan panduan dakwah bagi dai dan daiyah Muslimat NU.

Mahfudhoh menerangkan bahwa problem menurunnya moralitas di antara anak-anak Indonesia menjadi perhatian penting bagi para dai Muslimat dan dai-dai seluruh Indonesia.

Problem Menurunnya Moralitas Anak Jadi Perhatian Muslimat NU (Sumber Gambar : Nu Online)
Problem Menurunnya Moralitas Anak Jadi Perhatian Muslimat NU (Sumber Gambar : Nu Online)


Problem Menurunnya Moralitas Anak Jadi Perhatian Muslimat NU

Di rancangan buku ini juga memuat model dan pengembangan dakwah berdasarkan kontekstualisasi zaman, ujar Mahfudhoh, Kamis (20/10) dalam Workshop Penguatan Materi Dakwah dan Kurikulum TPQ di Hotel Bintang Jakarta Pusat yang digelar PP Muslimat NU dan Bimas Islam Kemenag.

Oki Setiana Dewi

Sementara itu, Ketua Periodik PP Muslimat NU, Hj Roosmani Soedibyo mengatakan bahwa Msulimat selalu mengikuti perkembangan dan perubahan sosial yang ada. Menurutnya, perlu model dakwah khusus berbasis panduan sehingga adanya buku ini bisa menjadi pegangan para daiyah ke majelis-majelis taklim, TPA, maupun TPQ.

Oki Setiana Dewi

Harapannya, buku ini nantinya tidak hanya menjadi pegangan Muslimat tetapi juga Ormas perempuan lain. Berbagai problem terkini di buku ini dikemukakan secara detail agar dakwah terarah sesuai dengan perubahan zaman, ujar Rosmani.

Sekretaris Direktorat Jenderal Bimas Islam Kemenag RI, H Muhammadiyah Amin menuturkan, buku nanti bisa disinergikan dengan program di Bimas. Dia mengapresiasi Muslimat yang terus konsisten dalam dakwah.

Peran Muslimat NU banyak di bidang pemgembangan manusia dan dakwah. Perlu pengayaan materi sehingga perlu memperbarui model dakwah dalam pembangunan agama dan kemasyarakatan dan harus selalu ditingkatkan, ujarnya.

Kemampuan Muslimat NU dalam hal ini harus terus diperbarui terhadap kondisi-kondisi masyarakat. Sebab menurutnya, dakwah sering disalahartikan. Juru dakwah seakan tak merasakan apa yang terjadi di tengah masyarakat. Dakwah juga diartikan sempit sehingga dakwah seolah hanya masalah agama saja.

Kegiatan workshop ini ditutup oleh Ketua Umum PP Muslimat NU Hj Khofifah Indar Parawansa. Dalam sambutannya, Khofifah mengajak kepada seluruh kader Muslimat untuk teris istiqomah di jalan dakwah, pendiidkan, dan lain-lain. Kompleksitas problem masyarakat dan anak zaman sekarang juga menuntut model dakwah yang harus terus diperbarui. (Fathoni)

Dari (Nasional) Nu Online: http://www.nu.or.id/post/read/72191/problem-menurunnya-moralitas-anak-jadi-perhatian-muslimat-nu-

Senin, 05 Desember 2016

Gus Mus: Kalau Mau Bicara Islam, ya Mengaji, Jangan dari Buku Terjemahan

Oki Setiana Dewi - Pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak baru akan berlangsung 15 Februari mendatang. Akan tetapi, iklim politik sudah mulai memanas. Potensi penggunaan isu suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) dalam pilkada pun telah bermunculan. Salah satunya, meruaknya kontroversi terkait pidato Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok di Kepulauan Seribu beberapa waktu lalu.

Gus Mus: Kalau Mau Bicara Islam, ya Mengaji, Jangan dari Buku Terjemahan
Gus Mus: Kalau Mau Bicara Islam, ya Mengaji, Jangan dari Buku Terjemahan


Ahok pun belakangan dituduh menistakan agama Islam. KH Mustofa Bisri, pengasuh Pondok Pesantren Roudlotut Tholibin atau Taman Pelajar Islam, Desa Leteh, Rembang, Jateng, yang karib disapa Gus Mus, melihat fenomena itu akibat kondisi masyarakat yang belum siap menerima perbedaan.

Untuk mengetahui lebih jauh pandangan Gus Mus, wartawan Oki Setiana Dewi, Furqon Ulya Himawan, mewawancarai kiai karismatik itu, Jumat (14/10). Berikut petikan wawancara, yang disajikan Duta Islam untuk memberikan pencerahan kepada umat Islam.

Oki Setiana Dewi: Kasus intoleransi kerap berlangsung. Apa yang salah?

Ahmad Mustofa Bisri: Menurut saya, itu akibat dari masa lalu yang tidak kunjung direformasi. Reformasi itu kan islah, ndandani kalau dalam bahasa Jawa. Ndandani atau memperbaiki itu harusnya dicari masalah-masalahmana yang rusak, yang diperbaiki itu mana, akar masalahnya apa, harus diteliti dulu baru direformasi.

Namun, sekarang yang terjadi, hiruk-pikuk reformasi itu ternyata melahirkan orang-orang yang seharusnya direformasi justru malah berteriak paling reformis. Jadi sebetulnya kan masalah itu terjadi pada saat dulu, yang akan kita reformasi.

Oki Setiana Dewi: Contohnya, Gus?

Ahmad Mustofa Bisri: Dulu ada kecenderungan zaman Orde Baru untuk menyeragamkan semua. Bukan hanya pakaian seragam, menanam padi, sampai-sampai mengecat pagar rumah sendiri juga harus seragam. Bahkan masjid pun diseragamkan semua, dengan alasan harmonis. Akibatnya, masyarakat tidak bisa berbeda karena terlalu lama diseragamkan, akhirnya masyarakat kita kaget-kaget kalau ada perbedaan.

Oki Setiana Dewi: Dampaknya terhadap keberagaman dan kebinekaan?

Ahmad Mustofa Bisri: Pertama, masyarakat kita susah menerima perbedaan. Beda sedikit marah, beda sedikit marah. Itu akibat menyeragamkan semua hal dan itu melawan fitrah. Padahal, Tuhan menciptakan alam semesta termasuk kita semua itu dalam kondisi berbeda-beda, jadi tidak akan bisa kalau memang mau disatukan atau diseragamkan.

Kedua, seperti burung yang lama dikurung dalam sangkar, ketika sangkar dibuka, dia malah kebingungan, nabrak sana-sini karena sudah lama tidak merasakan kebebasan. Ketika keran kebebasan dibuka, malah bingung. Padahal, dulu itu teriak saja susah, selalu bunyinya satu, setuju. DPR itu dulu kalau teriak ya setuju, apa saja pokoknya setuju. Sampai-sampai ada ledekan: ada kucing masuk parlemen, ngeong, langsung serempak setuju.

Setelah sekian lamanya hanya bisa bilang setuju, sampai saya bikin sajak 'Negeri Ya, Ya'. Terus sekarang, DPR isinya interupsi semua, ngomong semua, seperti burung yang baru dikeluarkan. Terus yang dulunya tiarap-tiarap, sekarang muncul semua. Ini gara-gara berbagai macam permasalahan islah yang masih belum dilakukan. Jadi banyak persoalan ini yang sumbernya dari reformasi yang tidak sungguh-sungguh.

Oki Setiana Dewi: Sekarang banyak yang bertindak intoleran, menganggap diri paling benar. Ada pula yang mengatasnamakan Islam. Menurut Gus Mus?

Ahmad Mustofa Bisri: Saya selalu mengatakan, harus terus belajar dan jangan berhenti belajar. Orang kalau mau terus belajar, nanti akan mengerti dan memahami apa-apa yang sebelumnya belum dimengerti dan dipahami. Namun, ini payahnya, orang berhenti belajar karena dia merasa sudah mengerti dan memahami. Padahal, sama sekali belum mengerti apa-apa, malah kadang-kadang sudah berfatwa ke sana kemari.

Oki Setiana Dewi: Caranya belajar?

Ahmad Mustofa Bisri: Ya, ini jadi harus terus belajar. Belajarlah supaya mengerti yang menyeluruh, kalau mau bicara Islam, ya mengaji, jangan mengambil Islam dari buku-buku terjemahan, Al-Quran terjemahan, hadis terjemahan. Ini tidak mungkin. Terus kadang orang bilang kembali ke Al-Quran dan Hadist, tapi orang salah memaknai maksud itu.

Oki Setiana Dewi: Maksudnya?

Ahmad Mustofa Bisri: Orang mengatakan kembali ke Al-Quran dan sunah Rasul itu kok malah maknanya kembali ke Al-Quran dan hadis terjemahan Depag, itu bagaimana, itu kacau! Orang bisa membaca terjemahan Depag asal dia bisa baca Latin, dan dikiranya kebenaran yang dibaca dan dipelajarinya itu kebenaran mutlak. Ia tidak tahu bahwa bahasa Arab Al-Quran tidak sama.

Jadi teruslah belajar bahasa Arab, harus belajar ilmu Balagoh, ilmu Badi' dan Bayan karena Al-Quran itu mengandung itu semua, sastranya tinggi sekali. Jadi, kalau orang hanya membaca terjemahan tidak tahu sastra ya tidak mungkin, tidak bisa, harus mengaji.

Jadi silakan mengatakan kembali ke Al-Quran dan hadist itu dijadikan semboyan, tapi ya kembali itu belajar dan terus belajar, harus mengaji. Tidak diartikan bacalah terjemahan Al-Quran, atau 40 hadist di buku-buku mutiara hadis, itu ngacau!

Oki Setiana Dewi: Menjelang pilkada, banyak konflik yang mengancam keberagaman dan berpotensi memecah kebinekaan. MUI sampai mengeluarkan fatwa. Menurut Gus Mus?

Ahmad Mustofa Bisri: Kita sekarang lupa, bahwa yang menentukan orang menjadi kaya, menjadi miskin, menang dan kalah, memiliki kekuasaan atau kehilangan kekuasaan, dan menjadi penguasa atau tidak, menjadi pangkat atau tidak, itu semua Allah Subhanahu wata'ala. Disangka kalau kita ngotot, berarti pasti jadi?!

Oki Setiana Dewi: Bagaimana agar tidak terjadi perpecahan di pilkada, Gus?

Ahmad Mustofa Bisri: Saya selalu mengatakan janganlah berlebih-lebihan dalam segala hal. Itu di Islam tidak boleh! Wala tusrifu, (jangan berlebihan), atau Ghuluw, banyak dalam ayat-ayat Al-Quran dan Sabda Rasullullah Sallahhu Alaihi Wassalam menyatakan tidak boleh, alguluw fiddin (berlebihan dalam agama), berlebih-lebihan itu tidak boleh. Karena berlebih-lebihan itu akibatnya orang tidak bisa berpikir adil, tidak bisa istiqomah, tidak bisa objektif.

Jadi, kalau selama kita masih bersikap berlebih-lebihan dalam segala aspek kehidupan kita, sangat sulit kita untuk berpikir jernih, tidak bisa. Sebab adil itu jejek (Gus Mus mengisyaratkan tangannya berdiri tegak, lurus), sedangkan berlebih-lebihan itu begini (Gus Mus mengisyaratkan tangannya berdiri condong ke kanan), atau begini (Gus Mus mengisyaratkan tangannya berdiri condong ke kiri), tidak bisa. Karena apa pun nanti akan dijadikan alasan untuk berkelahi.

Jadi, kalau kita misalnya senang berlebih-lebihan, benci berlebih-lebihan, senang dunia berlebihan, senang kekuasaan berlebihan, senang pangkat berlebihan, senang kedudukan berlebihan, apa pun itu yang berlebihan, itu semua sumber malapetaka. [Oki Setiana Dewi]

Dari : http://www.dutaislam.com/2016/10/gus-mus-kalau-mau-bicara-islam-ya-mengaji.html

Sabtu, 26 November 2016

Ulama Nusantara Dalam Sanad Minhajuth Thalibin dan Kanzur Raghibin

Oki Setiana Dewi - Khataman dan Ijazah kitab Kanzu ar-Raghibin Syarh Minhaj ath-Thalibin li an-Nawawi karya Imam Jalal ad-Din al-Mahalli untuk santri Sanah Rabi'ah, malam Jumat 28 Rajab 1437 H/ 5 Mei 2016 M di Masjid STAI Imam Syafi'i Cianjur.

Ulama Nusantara Dalam Sanad Minhajuth Thalibin dan Kanzur Raghibin
Ulama Nusantara Dalam Sanad Minhajuth Thalibin dan Kanzur Raghibin


Alhamdulillah ala ni'amihi, kitab yg terdiri dari 4 juz ini telah dibacakan dan diterangkan secara perhuruf dan perkata selama 4 tahun, mulai tahun 2012 hingga 2016, setiap minggunya 5 pelajaran dalam 5 hari (Ahad sampai Kamis), setiap pelajaran menghabiskan waktu 1 jam. Adapun masyayikh yang mengajarkan adalah: Tahun pertama/ juz pertama oleh Syaikh Syadi Arbasy ad-Dimasyqi

Tahun kedua/ juz 2 oleh Syaikh Muhammad Darwisy ad-Dimasyqi

Tahun ketiga/ juz 3 oleh Syaikh Mahir al-Munajjid ad-Dimasyqi

Tahun keempat/ juz terakhir oleh Syaikh Syadi Arbasy ad-Dimasyqi. Silsilah sanad kitab yang diberikan kepada santri Sanah Rabi'ah ini melalui jalur ulama Nusantara yang telah disebutkan oleh Syaikh Yasin al-Fadani dalam kitabnya yang berjudul al-'Iqdu al-Farid min Jawahir al-Asanid. Berikut adalah Sanad untuk kitab Minhaj ath-Thalibin karya Imam an-Nawawi:

Santri Sanah Rabiah di Jami'ah Imam Syafi'i dari

1. Syaikh al-Faqih al-Ushuli Syadi Arbasy ad-Dimasyqi, dari

2. Syaikh al-Allamah al-Faqih al-Ushuli Hasan Hitou, hafizhahumallah, syaikh Hasan dari

3. Syaikh Musnid al-'Ashr YASIN AL-FADANI, dari

4. Syaikh al-Kiyahi BAQIR BIN NUR AL-JOGJAWI, Syaikh ALI BIN ABDULLAH AL-BANJARI, dan al-Faqih syaikh SHADAQAH BIN HAJI ABU BAKAT BIN RASYAD AL-MEDANI AS-SUMATHRI, ketiganya dari

5. Syaikh al-Kiyahi MAHFUZH BIN ABDULLAH AT-TARMASI, dari

6. Syaikh ZAINUDDIN BIN BADAWI AS-SUMBAWI, dari

7. Syaikh ABDUL KARIM AS-SAMBASI, dari

8. Syaikh al-Muammar Kyai NAWAWI BIN UMAR AL-BANTANI, dari

9. Syaikh ARSYAD BIN ABDUS SHOMAD AL-BANJARI, dari

10. Syaikh ABDUS SHOMAD BIN ABDURRAHMAN AL-FALIMBANI,

-----------PINDAH SANAD---------------

Syaikh Yasin al-Fadani juga meriwayatkan dari,

4. Habib al-Muammar ALI BIN ALI AL HABSYI AL MADANI, dan Kyai ABDUL MUHITH BIN YA'QUB SIDOARJO, keduanya dari

5. Al-Faqih kyai UMAR BIN SHOLEH BIN UMAR AS-SAMARANI, dari

6. Ayahnya, yaitu Syaikh SHOLEH BIN UMAR AS-SAMARANI, dari

7. Syaikh ABDUS SHOMAD BIN ABDUR RAMHAN AL-FALIMBANI, dari

8. Al-Muammar AQIB BIN HASANUDDIN BIN JA'FAR AL-FALIMBANI, dari

9. Pamannya, yaitu Syaikh THAYYIB BIN JA'FAR AL-FALIMBANI, dari

10. Ayahnya, yaitu Syaikh JA'FAR BIN MUHAMMAD BIN BADRUDDIN AL-FALIMBANI, dari

11. Imam Syamsuddin Muhammad bin Ala' al-Babili, dari

12. Imam Nurudiin Ali bin Yahya az-Ziyadi, dari

13. Imam Jamaluddin Sayyid Yusuf bin Abdullah al-Armayuni, dari

14. Imam Jalaluddin Abul Fadl Abdurrahman as-Suyuthi, dari

15. Syaikhul Islam, Alamuddin Sholih bin Umar al-Bulqini, dari

16. Ayahnya, yaitu Imam Sirajuddin Umar bin Ruslan al-Bulqini, dari

17. Imam Abul Hajjaj Yusuf bin Abdurrahman az-Zay, dari

18. Sang Muallif, Imam Muhyiddin Yahya bin Syaraf an-Nawawi

Dan dibawah ini adalah sanad dengan jalur ulama Nusantara untuk kitab Syarh Imam al-Mahalli atas kitab Minhaj ath-Thalibin yang bernama Kanzu ar-Raghibin:

Santi Sanah Rabiah STAI IMAM SYAFII CIANJUR dari

1. Syaikh al-Faqih al-Ushuli Syadi Arbasy ad-Dimasyqi, dari

2. Syaikh al-Faqih al-Ushuli Muhammad Hasan hitou, dari

3. Musnid al-Ashr Syaikh YASIN AL-FADANI, dari

4. Syaikh ALI BIN UBAIDULLAH AL-BANJARI, dari

5. Syaikh ZAINUDDIN BIN BADAWI AS-SUMBAWI, dari

6. Syaikh al-Muammar NAWAWI BIN UMAR AL-BANTANI, dari

7. Syaikh ARSYAD BIN ABDUS SHOMAD AL-BANJARI AL-MARTAFURI, dari

8. Sayyid Imam Murtadla az-Zabidi (penulis kitab Ithaf Sadat al-Muttaqin Syarah Ihya Ulumiddin), dari

9. Sayyid Ahmad bin Muhammad Syarif Maqbul al-Ahdal, dari

10. Sayyid Ahmad bin Idria al-Hasani, dari

11. Sayyid Muhammad bin Abu Bakar asy-Syilli al-Makki, dari

12. Imam Syamsuddin Muhammad bin Ala' al-Babili, dari

13. Imam Ahmad bin Abu Bakar al-Khazraji al-Anshari yang terkenal dg sebutan Qu'ud al-Imam, dari Imam Yusuf bin Abdullah al-Husaini al-Armayuni, dari

14. Imam Jalaluddin as-Suyuthi, dari

15. Sang Muallif, asy-Syarih al-Muhaqqiq al-Mudaqqiq Imam Jalaluddin Muhammad bin Ahmad bin Muhammad al-Mahalli Radliyallahu anhum ajmain.

Source: kertas ijazah yang ditulis Syaikh Syadi Arbasy dan kitab al-Iqdu al-Farid karya Syaikh Yasin al-Fadani (hlm.70-71 dan 77)

Dari : http://www.dutaislam.com/2016/05/ulama-nusantara-dalam-sanad-minhajuth-thalibin-dan-kanzur-raghibin.html

Senin, 31 Oktober 2016

PB PMII dan PMII Jateng Bahas Tawaran Kembali ke NU di Wonosobo

Kudus, Oki Setiana Dewi. Pengurus Besar PMII, koordinasi cabang, cabang PMII seprovinsi Jawa Tengah dan Yogyakarta, akan bertemu di Kampus Universitas Sains Ilmu Quran (Unsiq) Wonosono, Sabtu-Ahad (29-30/11). Pada rapat konsolidasi ini mereka membahas pola dan strategi kaderisasi berikut mengkaji seruan PBNU agar PMII kembali ke NU.

Menurut Wakil Bendahara PMII Jateng Saifudin Bahri, PMII masih memiliki banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. Misalnya, selama ini masih banyak gerakan-gerakan yang ingin menghilangkan Aswaja dan NKRI di lingkungan mahasiswa maupun kampusnya.

PB PMII dan PMII Jateng Bahas Tawaran Kembali ke NU di Wonosobo (Sumber Gambar : Nu Online)
PB PMII dan PMII Jateng Bahas Tawaran Kembali ke NU di Wonosobo (Sumber Gambar : Nu Online)


PB PMII dan PMII Jateng Bahas Tawaran Kembali ke NU di Wonosobo

"Makanya, PMII hadir sebagai wadah untuk mempertahankan aswaja dan NKRI," kata Bahri kepada Oki Setiana Dewi di Kudus, Kamis (27/11).

Pertemuan di Wonosobo ini kemungkinan membicarakan tawaran kembali ke NU. PMII Jateng sendiri berkeinginan membahas hal tersebut. "Biar lebih hidup dan dinamis," tandasnya singkat. (Qomarul Adib/Alhafiz K)

Oki Setiana Dewi

Dari (Nasional) Nu Online: http://www.nu.or.id/post/read/56015/pb-pmii-dan-pmii-jateng-bahas-tawaran-kembali-ke-nu-di-wonosobo

Oki Setiana Dewi

Oki Setiana Dewi

Rabu, 05 Oktober 2016

Kurangajar, Tengku Zulkarnain Tuduh Islam Nusantara Itu Proyek Ada Uang

Oki Setiana Dewi - Betul nian kata tuan Fahri Hamzah dalam twitternya beberapa waktu. Apa itu? Ia menyebut dengan tanda tanya kalau orang bertato lebih berbahaya daripada orang yang berjenggot. Duh, tuan Fahri memang selalu membuat tweet yang lumayan ngawur kali ini ada benarnya banyak walau salahnya sedikit. Lihat cuitan Tuan Fahri al-wakil partai emboh di DPR RI itu.

Kurangajar, Tengku Zulkarnain Tuduh Islam Nusantara Itu Proyek Ada Uang
Kurangajar, Tengku Zulkarnain Tuduh Islam Nusantara Itu Proyek Ada Uang


Foto Bu Susi (atas) bertato, dan (bawah) berjenggot, adalah Patrialis Akbar Tweet Fahri tersebut sebenarnya sudah tergambar jawabanya pada foto di atas. Bu Menteri Susi yang bertato ternyata tidak lebih berbahaya eksistensinya daripada yang berjenggot itu. Justru kalau Fahri mau melek sedikit, bukan merem-merem melek, ia akan tahu bahwa yang berjenggot kadang (kalau tidak mau disebut sering) lebih berbahaya daripada yang berjenggot.

Buktinya adalah Tuan Tengku Zulkarnain, pria berjenggot yang selama ini disebut ulama. Baru-baru ini, Tengku Zulkarnain membuat fitnah murahan kalau Islam Nusantara adalah proyek yang ada duitnya. Itu ia katakan ketika menjawab akun twitter Masnita Djisla yang heran karena sejak ngaji dari kecil tidak pernah mendengar istilah Islam Nusantara. Ini tweetnya:

Tweet Tengku Zulkarnain atas Islam Nusantara Tuduhan langsung yang tanpa konfirmasi tersebut dilontarkan Tengku Zulkarnaen dalam kapasitasnya sebagai, katakanlah, ulama sebelah. Ia tidak menyebut uangnya darimana, jumlah besaran berapa, dan mengapa isu Islam Nusantara sampai dibahas oleh petinggi negara-negara Eropa, Amerika hingga Timur Tengah. Wah, dananya bisa ribuan triluan itu.

Orang berjenggot wedus gibas begitu sepertinya tidak pernah mempelajari makna Islam Nusantara, yang sejak dijadikan tema Muktamar NU ke 33 di Jombang pada tahun 2015 lalu tetap menggema di jagad intelektual muslim dunia hingga saat ini, tanpa pengawalan, tanpa konsolidasi dan fokus gerakan seperti demo GNPF dalam aksi 212 atau 411.

Para penggerak kajian Islam Nusantara, terutama kalangan muda NU hingga kini tetap bergairah karena ia bukan aliran apalagi madzhab. Islam Nusantara adalah kajian Islam tanpa melupakan konteks budaya, tradisi dan kerukunan umat beragama. Dan itu sudah berlangsung ratusan tahun di bumi Nusantara.

Bagaimana dengan GNPF yang selalu panik tiap hari hingga harus mengadakan shalat subuh berjamaah dimana-mana, apa itu tanpa sokongan dana petro dollar? Apakah Tengku Wisnu, eh, Zulkarnain ding, tidak mendapatkan kucuran dana ratusan miliar dari pemesan demo? Apa itu tidak berbahaya dan tidak mengancam kesatuan bangsa?

Kirim saja uangnya ke Oki Setiana Dewi, pasti lebih bermanfaat. Biar tidak digunakan untuk aksi kurangajar oleh pemilik tweet kurangajar itu. [Oki Setiana Dewi]

Dari : http://www.dutaislam.com/2017/01/kurangajar-tengku-zulkarnain-sebut-islam-nusantara-proyek-ada-uang.html

Senin, 26 September 2016

Ratusan Banser Jatim Akan Digembleng di Pasuruan

Pasuruan, Oki Setiana DewiSatuan Koordinasi Wilayah Barisan Ansor Serbaguna (Banser) terus melakukan pembinaan terhadap anggotanya. Setelah melakukan pelatihan khusus Banser Tanggap Bencana (Bagana) di Surabaya, Satkorwil Banser Jatim 29 Juli-1 Agustus 2016 mendatang, menyelenggarakan Kursus Banser Lanjutan (Susbalan ) di Pasuruan.

Sebanyak 131 Banser lulusan Pendidikan dan Latihan Dasar (Diklatsar) ikut dalam pelatihan berjenjang tersebut. Mereka datang dari berbagai Satuan Koordinasi Cabang (Satkorcab) di wilayah Jawa Timur.

Ratusan Banser Jatim Akan Digembleng di Pasuruan (Sumber Gambar : Nu Online)
Ratusan Banser Jatim Akan Digembleng di Pasuruan (Sumber Gambar : Nu Online)


Ratusan Banser Jatim Akan Digembleng di Pasuruan

Kita akan terus tingkatkan pendidikan anggota mulai dari pendidikan berjenjang dan juga pendidikan khusus, ungkap Kepala Satkorwil Banser Jatim, dr H Umar Usman kepada Oki Setiana Dewi Sabtu pagi (30/7).

Oki Setiana Dewi

Ia menjelaskan, pelatihan Bagana yang kerja sama dengan Kementerian Sosial di Surabaya awal bulan lalu, diikuti 60 peserta dan Susbalan di Pasuruan ini diikuti 131 peserta. Mereka datang dari beberapa Satkorcab di Jatim, kata Umar yang kini juga menjabat sebagai Kepala Satuan Khusus Banser Husada (kesehatan) Satkornas Banser itu.

Beberapa materi disampaikan kepada peserta mulai Kebanseran Tahap II, Kepemimpinan, Managemen Organisasi, Tata Administrasi Banser, Problem Solving, Dasar-Dasar Intelegent, Propaganda, PBB, TUP dan Caraka Malam. Jadi di pelatihan Susbalan ini, banyak prakteknya dari pada teorinya. Mayoritas mendalami materi yang sudah disampaikan di Diklatsar, tambahnya.

Oki Setiana Dewi

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Ketua PW GP Ansor Jawa Timur, H.Rudi Tri Wahid. Menurutnya, Susbalan ini merupakan pelaksanaan program jangka menengah Satkorwil Banser Jatim. Setelah ini Jawa Timur akan melaksanakan Kursus Banser Tanggap Bencana (Bagana) di Trenggalek. Kalau di Surabaya dulu yang punya gawe Satkornas. Kalau yang di Trenggalek kegiatan Satkorwil Banser Jatim, terangnya.

Tidak hanya Banser saja pelatihan dan pendidikan guna peningkatan SDM anggota.Tapi juga dilakukan untuk anggota Ansor. Kita juga akan segera menyelenggarakan Pelatihan Kepemimpinan Lanjutan. Acara sudah kami agendakan, tambahnya. (imam kusnin ahmad/Abdullah Alawi)

Dari (Daerah) Nu Online: http://www.nu.or.id/post/read/70069/ratusan-banser-jatim-akan-digembleng-di-pasuruan

Nonaktifkan Adblock Anda

Perlu anda ketahui bahwa pemilik situs Oki Setiana Dewi sangat membenci AdBlock dikarenakan iklan adalah satu-satunya penghasilan yang didapatkan oleh pemilik Oki Setiana Dewi. Oleh karena itu silahkan nonaktifkan extensi AdBlock anda untuk dapat mengakses situs ini.

Fitur Yang Tidak Dapat Dibuka Ketika Menggunakan AdBlock

  1. 1. Artikel
  2. 2. Video
  3. 3. Gambar
  4. 4. dll

Silahkan nonaktifkan terlebih dahulu Adblocker anda atau menggunakan browser lain untuk dapat menikmati fasilitas dan membaca tulisan Oki Setiana Dewi dengan nyaman.


Nonaktifkan Adblock