Tampilkan postingan dengan label Sohih. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sohih. Tampilkan semua postingan

Senin, 26 Juni 2017

Pesantren Annuqayah Juara Umum Festival Dua Bahasa

Sumenep, Oki Setiana Dewi. Para santri Pondok Pesantren Annuqayah Guluk-Guluk, Sumenep, Jawa Timur, berhasil membawa pulang piala bergengsi sebagai juara umum pada ajang Festival Dua Bahasa (FDB) di Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan, Sumenep.

Hal ini menambah kegembiraan pihak pesantren karena belum genap seminggu santri Pesantren Annuqayah juga menjuarai menjuarai lomba pidato dan baca kitab yang digelar di Pesantren Darul Ulum Banyuanyar, Pamekasan.

Pesantren Annuqayah Juara Umum Festival Dua Bahasa (Sumber Gambar : Nu Online)
Pesantren Annuqayah Juara Umum Festival Dua Bahasa (Sumber Gambar : Nu Online)


Pesantren Annuqayah Juara Umum Festival Dua Bahasa

Festival Dua Bahasa (FDB) 2014 diselenggarakan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Institud Dirasat Islamiyah Al-Amien (IDIA) Prenduan. Sebanyak 25 santri Pesantren Annuqayah yang hadir sejak Rabu (5/3 ) mengikuti serangkaian acara tersebut.

Oki Setiana Dewi

Mereka terdiri dari 7 santri putra dan 5 santri putri utusan Markazul Lughah al-Arabiyah dan English Education Program (EEP) Pondok Pesantren Annuqayah; 3 santri putra dan 3 santri putri utusan Pondok Pesantren Annuqayah Daerah Nirmala; dan 8 santri putri utusan MA 1 Annuqayah Putri. Mereka didampingi oleh 8 orang yang betugas membimbing dan menyiapkan segala kebutuhan mereka selama perlombaan.

Oki Setiana Dewi

Dalam momen ini, para santri ini bersaing dengan peserta lain dari berbagai lembaga pendidikan di Jawa Timur untuk memperebutkan gelar juara dalam lomba pidato, bercerita, menyanyi dan baca puisi dalam dua bahasa, yakni bahasa Arab dan bahasa Inggris. Dari keempat lomba tersebut, santri Pesantren Annuqayah hanya gagal menjadi juara dalam lomba menyanyi.

Pada ajang FDB 2014 ini, mereka membawa pulang 9 piala dari keseluruhan piala yang berjumlah 24. Piala-piala yang peroleh utusan Annuqayah adalah piala juara 1 pidato bahasa Arab, juara 2 pidato bahasa Arab, juara 1 baca puisi bahasa Arab, juara 2 baca puisi bahasa Arab, juara 2 baca puisi bahasa Inggris, juara 3 baca puisi bahasa Inggris, juara 1 bercerita bahasa Arab, juara 3 bercerita bahasa Arab, dan juara 3 bercerita bahasa Inggris.

Pesantren Annuqayah dinobatkan sebagai juara umum FDB 2014 karena lebih dari sepertiga juara berasal darinya, sementara sisanya diraih banyak peserta lain dari instansi yang berbeda-beda. FDB 2014 ditutup pada Jumat (7/3) malam.

"Alhamdulillah, sebenarnya kami tidak menyangka akan mendapat perolehan sebesar ini. Soalnya persiapan yang kami lakukan sebelum berangkat ke Pesantren Al-Amien sangat kepepet, hanya tiga hari sebelum acara pembukaan, ungkap Ahmad Basili, salah satu pendamping kontingen Annuqayah.

"Piala Juara Umum-nya sebesar apa?" tanya saya pada Ibnu Hajar selaku ketua kontingen.

"Lumayan, nggak bakal habis dimakan tiga hari," jawabnya sambil tertawa lepas. (Umarul Faruq/Mahbib)

Dari (Pesantren) Nu Online: http://www.nu.or.id/post/read/50677/pesantren-annuqayah-juara-umum-festival-dua-bahasa

Oki Setiana Dewi

Jumat, 25 Maret 2016

Sebelum Konferancab, GP Ansor Sumber Waringin Baca Shalawat Nariyah

Bondowoso, Oki Setiana Dewi. Pimpinan Anak Cabang (PAC) GP Ansor Kecamatan Sumber Weringin, Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur menggelar konferensi di mushola Baitul Mustafa dusun Rengganis desa Sumber Gading pada Jumat (4/9).

Pada kesempatan itu hadir Rais Syuriyah MWC NU Sumber Weringin ustd Rahmatullah. Pada pembukaan, ia meminta peserta konferensi untuk membacakan shalawat nariyah bersama-sama.

Sebelum Konferancab, GP Ansor Sumber Waringin Baca Shalawat Nariyah (Sumber Gambar : Nu Online)
Sebelum Konferancab, GP Ansor Sumber Waringin Baca Shalawat Nariyah (Sumber Gambar : Nu Online)


Sebelum Konferancab, GP Ansor Sumber Waringin Baca Shalawat Nariyah

"Agar nantinya pelaksanan kegiatan konferensi ini dari awal sampai akhir lancar dan mendapatkan ridho dari Allah SWT," jelasnya.

Ketua PAC Ansor Sumber Weringin demisioner (masa khidmat 2011-2015) Herman menyampaikan, konferensi tersebut melibatkan Pimpinan Ranting Ansor dari 6 desa yaitu: Sukerejo, Sukosari Kidul, Tegal Jati, Sumber Weringin, dan Rejo Agung.

Oki Setiana Dewi

"Nantinya saya harap ketua terpilih untuk memegang amanah. Siapa yang nantinya terpilih, mari kita dukung dan berkerja sama pastinya," tambahanya.

Oki Setiana Dewi

Sementara Ketua PC GP Ansor Bondowoso Muzzamil menjelaskan, syarat Ketua GP Ansor dari tingkat pusat, PW, PC, PAC sampai Ranting maksimal berusia 40 tahun. Juga harus pernah mengikuti pelatihan kepemimpinan dasar (PKD).

Mengapa harus demikian? Tanya dia dengan menjawabnya senidiri. Karena di NU itu antrian kadernya banyak dan panjang. Dengan cara semacam itu kaderisasian biar berjalan dengan baik.

Pada pemilihan ketua, Maimullah didukung 4 suara, Syaiful Bahri 1 suara. (Ade Nurwahyudi/Abdullah Alawi)

Dari (Daerah) Nu Online: http://www.nu.or.id/post/read/62021/sebelum-konferancab-gp-ansor-sumber-waringin-baca-shalawat-nariyah

Rabu, 29 Juli 2015

Kartanu provides 20% rebate for heath care costs

Jakarta, Oki Setiana Dewi. Nahdliyin (NU followers) having NU membership cards (Kartanu) will get a 20% rebate for their health care costs at Surabayas Islamic hospitals.

Minister of Education and Culture M. Nuh, made the remarks while opening the National Working Meeting 2013 of Maarif NU Education Institute (LP Maarif NU) at Syahida Inn Building, Sharif Hidayatullah State Islamic University, Jakarta, Monday (21/1).

Kartanu provides 20% rebate for heath care costs (Sumber Gambar : Nu Online)
Kartanu provides 20% rebate for heath care costs (Sumber Gambar : Nu Online)


Kartanu provides 20% rebate for heath care costs

"Every district in the city of Surabaya will get a special schedule that serves people who want to make Kartanu NU," said M. Nuh while presenting the 2013 curriculum development by the Department of Education and Cultuce.

M. Nuh added that, Nahdliyin should pay the Kartanus administration expenses amounted to Rp 8000 and the process of making it would be covered live by TV 9, a local television station owned by the East Javas Regional Board of Nahdlatul Ulama (PWNU).

Oki Setiana Dewi

The cards could be used by Nahdliyin to offset their health care costs at Islamic hospitals in Surabaya which have data of those who make the cards, added M. Nuh.

Oki Setiana Dewi

The NU intellectual also called for the importance of Nahdliyin to have the cards in addition to fostering awareness of data and such awareness-raising activity could be built from an early age through educational institutions.

The literacy of data can foster scientific and critical attitudes. Because, those who are literate of data can be responsibble for their problems in addition to giving them sense of security.

Editor: Sudarto Murtaufiq

Author: Alhafiz Kurniawan

Dari (National) Nu Online: http://www.nu.or.id/post/read/41985/kartanu-provides-20-rebate-for-heath-care-costs

Oki Setiana Dewi

Senin, 20 Juli 2015

Miris, Hasil Riset Sebut 10 Juta Orang Indonesia Setuju Konsep Negara Islam

Jakarta, Oki Setiana Dewi. Oki Setiana Dewi dan INFID (International NGO Forum on Indonesia Development) bermaksud mengumumkan kepada publik mengenai kesempatan untuk mengikuti kompetisi esai dan multimedia yang bertujuan mengampanyekan Islam ramah, moderat dan damai terutama di dunia maya.

Dalam konferensi pers peluncuran kompetisi esai dan video tersebut, Selasa (27/9) di Gedung PBNU Jakarta hadir Sekjen PBNU HA. Helmy Faishal Zaini, Pimred Oki Setiana Dewi Achmad Mukafi Niam, Direktur Eksekutif INFID Sugeng Bahagijo, awak media, dan para aktivis orgnaisasi pemuda.

Miris, Hasil Riset Sebut 10 Juta Orang Indonesia Setuju Konsep Negara Islam (Sumber Gambar : Nu Online)
Miris, Hasil Riset Sebut 10 Juta Orang Indonesia Setuju Konsep Negara Islam (Sumber Gambar : Nu Online)


Miris, Hasil Riset Sebut 10 Juta Orang Indonesia Setuju Konsep Negara Islam

Dalam paparannya, Helmy Faishal mengungkapkan sebuah penelitian yang dilakukan oleh Lee Kuan Yeuw School Singapura yang merilis data dari View Research Center. Hasil penelitian ini memngungkapkan bahwa 4 persen dari penduduk Indonesia atau tepatnya adalah 10 juta orang Indonesia setuju konsep negara Islam. Angka tersebut adalah para pemuda dan kaum urban.

Oki Setiana Dewi

Mereka sepakat dan mendukung konsep Negara Islam (Islamic State) yang kita kenal ISIS. Ini jumlah yang besar sekali yang membuktikan bahwa Indonesia berada pada pusaran radikalisme global, ujar Helmy.

Sehingga menurut Helmy, upaya penanggulangan radikalisme bukan hanya tanggung jawab Nahdlatul Ulama, tetapi juga menjadi tugas seluruh elemen bangsa demi keutuhan bangsa dan negara Indonesia agar Pancasila dan UUD 1945 sebagai pondasi persatuan tetap kokoh.

Oki Setiana Dewi

Untuk menanggulangi problem radikalisme global yang terus menggerogoti keutuhan bangsa, menurut Helmy, perlu ada langkah-langkah konkret, baik dari civil society maupun pemerintah. Karena arah gerakan ini menyasar para pemuda sebagai pengguna besar media sosial dan dunia maya.

Kami dari NU sudah bolak-balik menyampaikan kepada pemerintah untuk melakukan law enforcement karena semua sudah diatur dalam UU Terorisme. Kelompok-kelompok radikal secara jelas tidak mengakui dasar negara Pancasila yang sebenarnya sudah bisa diambil tindakan hukum, papar Helmy. (Fathoni)

Dari (Nasional) Nu Online: http://www.nu.or.id/post/read/71540/miris-hasil-riset-sebut-10-juta-orang-indonesia-setuju-konsep-negara-islam

Oki Setiana Dewi

Senin, 22 Desember 2014

Harlah ke-53, PMII Jatim Gelar Lomba Karya Tulis

Surabaya, Oki Setiana Dewi. Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Koordinator Cabang Jawa Timur punya cara tersendiri dalam menyerap aspirasi dan pandangan generasi muda. Salah satunya adalah dengan menyelenggarakan Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI).

Kegiatan ini ternyata mendapat apresiasi cukup membanggakan dari sejumlah aktifis mahasiswa. Setidaknya ada enam puluh makalah yang kami terima, kata Ketua Panitia, Abdul Hady JM kepada Oki Setiana Dewi, Selasa (16/4).

Harlah ke-53, PMII Jatim Gelar Lomba Karya Tulis (Sumber Gambar : Nu Online)
Harlah ke-53, PMII Jatim Gelar Lomba Karya Tulis (Sumber Gambar : Nu Online)


Harlah ke-53, PMII Jatim Gelar Lomba Karya Tulis

Dari naskah yang ada selanjutnya dilakukan seleksi sehingga mengerucut menjadi sepuluh makalah. Sepuluh makalah itu akan dipresentasikan besok (17/4) di hadapan sejumlah dewan juri, terangnya.

Oki Setiana Dewi

Mereka yang bisa meyakinkan dewan juri akan meraih juara I, II, III serta harapan satu hingga tiga. Sedangkan dewan juri yang akan mengupas lebih dalam pandangan para pemakalah Prof Muhammad Ali Aziz (Guru Besar IAIN Sunan Ampel), Masdarul Khoiri (Kepala Biro Sindo Jatim), Faza Dhora Nailufar (Kepala Laboratorium Politik Universitas Brawijaya), serta DR HM Zamzami, Lc (Dosen Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Ampel Surabaya). Lokasi acara adalah ruangan Salsabila Kantor PWNU Jawa Timur, Jalan Masjid Al-Akbar Timur No. 9 Surabaya.

Tema besar yang diangkat pada lomba ini adalah Jawa Timur di Mata Mahasiswa: Problem dan Solusinya, dengan sub tema: Jawa Timur dalam bingkai Kerukunan Agama, Jawa Timur dalam Perspektif Sosial Politik, Jawa Timur dalam Perspektif Sosial Budaya serta Jawa Timur dalam Perspektif Pendidikan.

Oki Setiana Dewi

Masing-masing makalah telah memberikan sudut pandang yang cukup beragam dan jitu dalam melihat persoalan, ungkapnya. Hanya saja, apakah solusi yang ditawarkan itu realistis atau justru tidak tuntas, itulah yang akan dicarikan jawabannya saat presentasi tersebut.

Kita ingin budaya argumentatif dan solusi cerdas menjadi bagian dari gerak dan konsentrasi mahasiswa, katanya. Kalau ini sudah menjadi budaya, pada saatnya kelak mereka akan memberikan sumbangsih saran yang bertanggungjawab bagi masa depan bangsa, lanjutnya.

Kegiatan LKTI akan memperebutkan total hadial Rp. 16.500.000,-, termasuk tropy dan piagam.

Redaktur : A. Khoirul Anam

Kontributor: Syaifullah

Dari (Daerah) Nu Online: http://www.nu.or.id/post/read/43812/harlah-ke-53-pmii-jatim-gelar-lomba-karya-tulis

Oki Setiana Dewi

Senin, 30 September 2013

Anti Pancasila, Gerakan HTI Dilarang di Jawa Timur

Oki Setiana Dewi – Sejumlah pihak nampaknya sudah gerah dengan keberadaan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), terutama perihal kampanye khilafahnya. Dengan mengerek sistem khilafah, HTI dianggap sudah anti Pancasila. Karenanya, keberadaannya harus segera diakhiri agar tidak semakin mengganggu ketertiban masyarakat.

Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Jawa Timur, Irjen Anton Setiadji, dengan tegas ingin menghentikan aksi HTI di Jawa Timur. Karenanya, Polda menggandeng Kejaksaan Tinggi (Kejati) sudah mewacanakan kepada Gubernur Jawa Timur Soekarwo untuk segera membuat Peraturan Daerah (Perda) pelarangan HTI di Jawa Timur.

Anti Pancasila, Gerakan HTI Dilarang di Jawa Timur - Oki Setiana Dewi
Anti Pancasila, Gerakan HTI Dilarang di Jawa Timur - Oki Setiana Dewi


Anti Pancasila, Gerakan HTI Dilarang di Jawa Timur

“Kita akan menegaskan pelarangan itu dengan Perda yang dikeluarkan Gubernur Jawa Timur. Tunggu saja, sebentar lagi,” tandasnya kepada Duta usai menjadi pembicara dalam seminar tentang terorisme dan menghadiri peletakan batu pertama pembangunan gedung Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA)Surabaya, Rabu (07/09/2016).

Kapolda mengakui, pelarangan itu bukan tanpa alasan. Semua dikatakannya berawal dari kasus di Situbondo beberapa waktu lalu. Di mana dari hasil investigasi kepolisian, ternyata HTI itu benar-benar anti Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia.

Oki Setiana Dewi

“Kalau kita ya (Kepolisian, red), tidak memandang itu organisasi keagamaan atau bukan. Yang jelas, mereka sudah anti Pancasila, itu bagi kami (polisi) sudah sangat fatal. Ini harus dihentikan,” tandasnya serius. [Oki Setiana Dewi]

Dari : http://www.dutaislam.com/2016/09/anti-pancasila-gerakan-hti-dilarang-di-jawa-timur.html

Kamis, 30 Agustus 2012

Pahlawan-Pahlawan Dari Pesantren

Kiprah dan peran pesantren dalam sejarah perjuangan kemerdekaan tidak dapat disangsikan lagi, pun dalam mempertahankan kemerdekaan dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia ini. Beberapa catatan sejarah pesantren dapat dijadikan kunci kuat keabsahan perlawanan mereka terhadap kaum penjajah, atau terhadap siapapun yang juga dapat mengancam keberadaan bangsa dan negara.

Lebih dari itu, dalam sejarahnya, beberapa pesantren justru dibangun berdasarkan respon dan reaksi perlawanan terhadap segala bentuk penindasan, oleh karena itu tak jarang jika keberadaan pesantren dinilai sebagai simbol perlawanan paling diperhitungkan oleh bangsa penjajah, termasuk Pesantren Buntet, Cirebon, Jawa Barat. Semenjak berdirinya, pesantren ini diwarnai dengan pelbagai peristiwa yang bersinggungan dengan perjuangan kaum sarungan untuk mewujudkan kemerdekaan bangsa Indonesia.

Pahlawan-Pahlawan Dari Pesantren (Sumber Gambar : Nu Online)
Pahlawan-Pahlawan Dari Pesantren (Sumber Gambar : Nu Online)


Pahlawan-Pahlawan Dari Pesantren

Kisah-kisah dari Buntet Pesantren adalah pilihan tepat untuk menelusuri peta perjuangan para kiai dan santri. Dalam buku ini, dimuat banyak catatan menarik mengenai tokoh-tokoh kunci dalam beberapa peristiwa penting sepanjang sejarah kemerdekaan Indonesia, selain itu, buku ini juga menceritakan tentang simpul-simpul jaringan pesantren, serta mengupas segenap ciri khas dunia pesantren seperti istilah karomah, berkah, laduni, dan sisi-sisi lain dunia pesantren yang wajib diketahui oleh para pembaca secara umum, bisa dikatakan, selain berupa catatan sejarah pesantren, buku ini juga dapat dijadikan semacam kamus untuk mengetahui lebih banyak tentang dunia pesantren dan segala identitas lainnya.

Oki Setiana Dewi

pesantren Buntet Cirebon didirikan oleh seorang ulama bernama Kiai Muqayyim, sosok yang arif ini secara ikhlas melepas status sosialnya yang dinilai bergengsi pada saat itu, demi melakukan perlawanan keras terhadap segala bentuk ketidak-adilan yang dilakukan oleh penjajah Belanda.

Maka dengan kebencian dan kekesalan yang mendalam terhadap penjajah Belanda, pada tahun 1770 Kiai Muqayyim meninggalkan Keraton Kanoman dan pergi ke bagian Cirebon Timur Selatan untuk mencari perkampungan yang cocok dengan hati nuraninya. (Hal. 5).

Oki Setiana Dewi

Selain kisah perlawanan dan perjuangan Kiai Muqayyim, dalam buku ini juga dimunculkan tentang sosok kunci terjadinya peristiwa 10 November 1945 di Surabaya. Dalam peristiwa tersebut dikisahkan Menurut Hadaratussyekh KH Hasyim Asyari, perlawanan akan dimulai nanti kalau sudah datang ulama dari Cirebon. Dan ulama yang dimaksud adalah KH. Abbas Abdul Jamil, penerus Kiai Muqayyim dalam mengasuh dan mengembangkan Pondok Pesantren Buntet, Cirebon, saat itu. (Hal.49).

Dalam jati diri pesantren, perjuangan tidak hanya berupa melancarkan perlawanan terhadap bangsa penjajah, namun juga kepada gerakan apapun yang dinilai dapat mengancam persatuan dan kesatuan negara. Oleh karena itu, Ketika DI/TII (Darul Islam/Tentara Islam Indonesia) mengadakan pemberontakan dan hendak mendirikan negara di wilayah Negara Republik Indonesia, Buntet Pesantren termasuk pesantren yang menentang DI/TII dan harus diperangi karena dihukumi bughat (makar). (Hal. 58).

Kisah-kisah kepahlawanan kiai sepuh pesantren Buntet terus berlangsung, kepahlawanan dimaknai secara tak terbatas, dalam arti, perjuangan untuk kepentingan umat dan bangsa menjadi muatan penuh dalam sejarah panjang pesantren ini. Buku ini juga mengenalkan tentang bentuk perjuangan dan kepahlawanan yang dilakukan oleh para kiai meski dalam keadaan negara yang sudah merdeka.

Buku setebal 94 halaman ini akan mengenalkan pembaca kepada tokoh-tokoh penting lain seperti Kiai Kriyan, Kiai Mujahid, Kiai Imam, Kiai Akyas, hingga Kiai Fuad Hasyim dengan segala keistimewaan dan bentuk-bentuk perjuangannya.

Sayangnya, dalam membaca buku ini akan dijumpai beberapa kekurangan, diantaranya adalah pendeskripsian peristiwa yang dapat dinilai kurang begitu menggoda dan tanpa menggunakan pendekatan sastra sama sekali, karena penarasian buku ini cenderung menggunakan tradisi penulisan berita juga pemaparan hasil wawancara dengan pelbagai sumber. Namun hal tersebut dirasa tidak mengurangi pentingnya keberadaan buku ini; sebagai salah satu dari sejuta cara untuk mencintai pesantren, para kiai, dan sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Selamat membaca.

Judul: Kisah-kisah Dari Buntet Pesantren

Penulis: Munib Rowandi Amsal Hadi

Penerbit: KALAM (Komunikatif dan Islami)

Tahun : II, 2012

Tebal: x + 94 Halaman

Harga : Rp. 25.000,-

Peresensi: Sobih Adnan, Santri Pondok Pesantren Buntet dan Kempek, Cirebon.

Dari (Pustaka) Nu Online: http://www.nu.or.id/post/read/43776/pahlawan-pahlawan-dari-pesantren

Oki Setiana Dewi

Nonaktifkan Adblock Anda

Perlu anda ketahui bahwa pemilik situs Oki Setiana Dewi sangat membenci AdBlock dikarenakan iklan adalah satu-satunya penghasilan yang didapatkan oleh pemilik Oki Setiana Dewi. Oleh karena itu silahkan nonaktifkan extensi AdBlock anda untuk dapat mengakses situs ini.

Fitur Yang Tidak Dapat Dibuka Ketika Menggunakan AdBlock

  1. 1. Artikel
  2. 2. Video
  3. 3. Gambar
  4. 4. dll

Silahkan nonaktifkan terlebih dahulu Adblocker anda atau menggunakan browser lain untuk dapat menikmati fasilitas dan membaca tulisan Oki Setiana Dewi dengan nyaman.


Nonaktifkan Adblock