Tampilkan postingan dengan label Pustaka. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pustaka. Tampilkan semua postingan

Senin, 31 Agustus 2015

Ini Ijazah KH Syaroni Ahmadi Kudus Bisa Cepat Naik Haji

Oki Setiana Dewi - Suatu hari di tahun 1990-an, KH M Sya’roni Ahmadi mengadu kepada gurunya, KH Bisri Musthofa, ayahanda Gus Mus, tentang keinginan berangkat ke tanah suci yang belum juga terpenuhi. Singkat cerita, KH Bisri Musthofa memberikan trik khusus kepada murid kesayangannya itu supaya keinginan untuk beribadah ke tanah suci segera terwujud.

Ini Ijazah KH Syaroni Ahmadi Kudus Bisa Cepat Naik Haji
Ini Ijazah KH Syaroni Ahmadi Kudus Bisa Cepat Naik Haji


KH. Sya’roni pun segera mengamalkan apa yang dipesankan oleh sang guru, yakni salat Tahajjud setiap malam, cukup dua rakaat, membaca surat Al-Kafirun dan Al-Ikhlas. Setelah salam mewirid istighfar 70 kali, selawat nabi 100 kali, serta lafadz “yaa syakuur” 1000 kali. KH. Sya’roni benar-benar mengamalkannya dengan istiqamah setiap malamnya.

Sampai tiba suatu hari, KH. Sya’roni didatangi tamu seorang lelaki muda, gagah dan tampan yang tak dikenal. Rupanya, ia merupakan alumni madrasah Qudsiyyah Kudus. Kepada beliau, lelaki ini mengaku bahwa saat itu tengah menjabat sebagai seorang petinggi kolonel.

Tiba-tiba lelaki tadi bertanya, apakah KH. Sya’roni masih mengajar di Qudsiyyah. Jawabannya “masih”. Lalu kolonel tadi kembali bertanya, “naik apa?”. KH. Sya’roni agaknya merasa aneh dengan pertanyaan ini, sebab dengan posisi tempat tinggal dan madrasah yang tak jauh, tentu saja tidak ada jawaban lain selain “sepeda,” yang pantas untuk jawaban saat itu.

Tak pernah menyana sebelumnya, setelah mendengar jawaban “sepeda”, kolonel muda itu berujar dengan nada yang amat serius, “Bagaimana kalau Bapak Sya’roni saya belikan mobil?”

KH. Sya’roni terdiam. Betapa berbudinya murid yang satu ini. Lama tidak pernah bertemu, kini jauh-jauh mendatangi guru masa kecilnya untuk menawari sebuah mobil gratis. Sebuah mobil yang dimaksud mengganti sepeda tua untuk berangkat mengajar ke madrasah. Cukup geli rasanya mengingat betapa biasanya murid di madrasahnya sering menunggak SPP. Sekarang malah ada murid yang menawari mobil baru gratis. KH. Sya’roni menangis, terharu dengan tingkah kolonel santun ini.

Tak ingin berlama-lama hanyut dalam keharuan, KH. Sya’roni kemudian memutuskan untuk ‘menawar’ bakal hadiahnya.

“Kalau misalkan saya minta ganti selain mobil, bisa nggak?” tawar KH. Sya’roni pada kolonel muda.

“Selain mobil, emm… apa itu?” tanya kolonel.

“Naik haji,” jawab KH. Sya’roni mantab.

“Oh, tentu saja bisa.”

Jawaban kolonel ini sekaligus menjawab doa KH Sya’roni selama bertahun-tahun. Akhirnya, beliau membuktikan sendiri bahwa lafal “yaa syakuur” yang diijazahkan oleh KH Bisri Musthofa memang mujarab.

Setelah sukses mengamalkan “yaa syakuur” sendiri, beliau mengajak keluarganya untuk turut juga mengamalkannya setiap malam. Dan benar, beberapa tahun kemudian, KH Sya’roni berangkat ke tanah suci untuk yang kedua kali. Beliau diajak oleh seorang aghniya’. Jika yang pertama dulu beliau berangkat sendiri, maka yang kedua ini beliau berangkat bersama istrinya. Dan tentunya, tanpa biaya, berkat “yaa Syakuur”. Begitu, Allah memberikan jalan bagi sesiapa yang dikehendaki-Nya, dengan perantara yang kadang tak terduga, termasuk wirid “yaa Syakuur”.

Dan kini, Mustasyar PBNU itu mengajak kita untuk bersama-sama turut juga mengikuti jejaknya, mengamalkan wirid “yaa Syakuur”, agar segera memenuhi panggilan ke Baitullah. Tentu saja, dengan tanpa meninggalkan rangkaian amalan sebelumnya yang juga diamalkan oleh KH. Sya’roni secara tekun dan niat yang ikhlas. [Oki Setiana Dewi/ istahiyyah]

Keterangan:

Ditulis berdasarkan mauidhoh hasanah yang disampaikan KH Sya’roni Ahmadi pada peringatan harlah Madrasah NU Mu’allimat Kudus di gedung JHK, Kudus, Rabu Pon (12 Muharrom 1436 H).

Dari : http://www.dutaislam.com/2016/09/ini-ijazah-kh-syaroni-ahmadi-kudus-bisa-cepat-naik-haji.html

Kamis, 20 Maret 2014

Kiai Syamsuri Raih Doktor di Usia 85

Subang, Oki Setiana Dewi. Bagi KH. A. Syamsuri Sidik, MH mencari ilmu sepanjang hayat itu jadi pegangan. Pria kelahiran 11 Januari 1924 tersebut meraih gelar doktor dari Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung di usia 85 tahun.

Ia menggondol galar itu tepat pada tanggal 23 Mei 2009 dan meraih gelar Magister Hukum di UNINUS Bandung pada tahun 2003 silam.

Kiai Syamsuri Raih Doktor di Usia 85 (Sumber Gambar : Nu Online)
Kiai Syamsuri Raih Doktor di Usia 85 (Sumber Gambar : Nu Online)


Kiai Syamsuri Raih Doktor di Usia 85

Kiai Syasuri menceritakan hal pada acara Halal Bihalal Keluarga Besar H. Sidik di Komplek Pesantren Al-Mukhtariyyah Subang, Sabtu (14/9).

Oki Setiana Dewi

Selain karena motivasi thalab ilmu, alumni Pesantren Sempur Purwakarta, Pesantren Gentur Cianjur, dan Pesantren Jamanis Tasikmalaya ini juga mengungkapkan bahwa dirinya melanjutkan studi S2 dan S3 di usia senja karena ingin memberikan contoh kepada keluarga, khususnya yang masih muda agar terus belajar dan jangan pernah berhenti untuk menuntut ilmu.

"Carilah ilmu, kalau kita cari ilmu insya Allah harta akan mengikuti, tapi kalau sebaliknya belum tentu," jelasnya.

Oki Setiana Dewi

Kalian yang masih muda-muda, lanjut Mantan Ketua MUI Jawa Barat ini, "Jangan kalah sama kakek, terus belajar, terus cari ilmu!" tegasnya.

Selain itu, Ketua Yayasan Istiqomah Bandung ini pun memberikan tips panjang umur, diantaranya adalah mampu mengelola fisik, hati dan otak dengan baik dan rajin Shalat Tahajud.

"Fisik harus gerak, jangan diam, tapi jangan terlalu capek, nanti bisa sakit, hati juga jangan capek, jangan terlalu ngararasakeun, jangan menyimpan benci, iri, dengki, dan otak harus bekerja, dengan cara belajar, diskusi, sharing, terakhir shalat tahajud di atas jam 12 malam," pungkasnya.(Aiz Luthfi/Abdullah Alawi)

Dari (Daerah) Nu Online: http://www.nu.or.id/post/read/47055/kiai-syamsuri-raih-doktor-di-usia-85

Oki Setiana Dewi

Kamis, 30 Agustus 2012

Pahlawan-Pahlawan Dari Pesantren

Kiprah dan peran pesantren dalam sejarah perjuangan kemerdekaan tidak dapat disangsikan lagi, pun dalam mempertahankan kemerdekaan dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia ini. Beberapa catatan sejarah pesantren dapat dijadikan kunci kuat keabsahan perlawanan mereka terhadap kaum penjajah, atau terhadap siapapun yang juga dapat mengancam keberadaan bangsa dan negara.

Lebih dari itu, dalam sejarahnya, beberapa pesantren justru dibangun berdasarkan respon dan reaksi perlawanan terhadap segala bentuk penindasan, oleh karena itu tak jarang jika keberadaan pesantren dinilai sebagai simbol perlawanan paling diperhitungkan oleh bangsa penjajah, termasuk Pesantren Buntet, Cirebon, Jawa Barat. Semenjak berdirinya, pesantren ini diwarnai dengan pelbagai peristiwa yang bersinggungan dengan perjuangan kaum sarungan untuk mewujudkan kemerdekaan bangsa Indonesia.

Pahlawan-Pahlawan Dari Pesantren (Sumber Gambar : Nu Online)
Pahlawan-Pahlawan Dari Pesantren (Sumber Gambar : Nu Online)


Pahlawan-Pahlawan Dari Pesantren

Kisah-kisah dari Buntet Pesantren adalah pilihan tepat untuk menelusuri peta perjuangan para kiai dan santri. Dalam buku ini, dimuat banyak catatan menarik mengenai tokoh-tokoh kunci dalam beberapa peristiwa penting sepanjang sejarah kemerdekaan Indonesia, selain itu, buku ini juga menceritakan tentang simpul-simpul jaringan pesantren, serta mengupas segenap ciri khas dunia pesantren seperti istilah karomah, berkah, laduni, dan sisi-sisi lain dunia pesantren yang wajib diketahui oleh para pembaca secara umum, bisa dikatakan, selain berupa catatan sejarah pesantren, buku ini juga dapat dijadikan semacam kamus untuk mengetahui lebih banyak tentang dunia pesantren dan segala identitas lainnya.

Oki Setiana Dewi

pesantren Buntet Cirebon didirikan oleh seorang ulama bernama Kiai Muqayyim, sosok yang arif ini secara ikhlas melepas status sosialnya yang dinilai bergengsi pada saat itu, demi melakukan perlawanan keras terhadap segala bentuk ketidak-adilan yang dilakukan oleh penjajah Belanda.

Maka dengan kebencian dan kekesalan yang mendalam terhadap penjajah Belanda, pada tahun 1770 Kiai Muqayyim meninggalkan Keraton Kanoman dan pergi ke bagian Cirebon Timur Selatan untuk mencari perkampungan yang cocok dengan hati nuraninya. (Hal. 5).

Oki Setiana Dewi

Selain kisah perlawanan dan perjuangan Kiai Muqayyim, dalam buku ini juga dimunculkan tentang sosok kunci terjadinya peristiwa 10 November 1945 di Surabaya. Dalam peristiwa tersebut dikisahkan Menurut Hadaratussyekh KH Hasyim Asyari, perlawanan akan dimulai nanti kalau sudah datang ulama dari Cirebon. Dan ulama yang dimaksud adalah KH. Abbas Abdul Jamil, penerus Kiai Muqayyim dalam mengasuh dan mengembangkan Pondok Pesantren Buntet, Cirebon, saat itu. (Hal.49).

Dalam jati diri pesantren, perjuangan tidak hanya berupa melancarkan perlawanan terhadap bangsa penjajah, namun juga kepada gerakan apapun yang dinilai dapat mengancam persatuan dan kesatuan negara. Oleh karena itu, Ketika DI/TII (Darul Islam/Tentara Islam Indonesia) mengadakan pemberontakan dan hendak mendirikan negara di wilayah Negara Republik Indonesia, Buntet Pesantren termasuk pesantren yang menentang DI/TII dan harus diperangi karena dihukumi bughat (makar). (Hal. 58).

Kisah-kisah kepahlawanan kiai sepuh pesantren Buntet terus berlangsung, kepahlawanan dimaknai secara tak terbatas, dalam arti, perjuangan untuk kepentingan umat dan bangsa menjadi muatan penuh dalam sejarah panjang pesantren ini. Buku ini juga mengenalkan tentang bentuk perjuangan dan kepahlawanan yang dilakukan oleh para kiai meski dalam keadaan negara yang sudah merdeka.

Buku setebal 94 halaman ini akan mengenalkan pembaca kepada tokoh-tokoh penting lain seperti Kiai Kriyan, Kiai Mujahid, Kiai Imam, Kiai Akyas, hingga Kiai Fuad Hasyim dengan segala keistimewaan dan bentuk-bentuk perjuangannya.

Sayangnya, dalam membaca buku ini akan dijumpai beberapa kekurangan, diantaranya adalah pendeskripsian peristiwa yang dapat dinilai kurang begitu menggoda dan tanpa menggunakan pendekatan sastra sama sekali, karena penarasian buku ini cenderung menggunakan tradisi penulisan berita juga pemaparan hasil wawancara dengan pelbagai sumber. Namun hal tersebut dirasa tidak mengurangi pentingnya keberadaan buku ini; sebagai salah satu dari sejuta cara untuk mencintai pesantren, para kiai, dan sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Selamat membaca.

Judul: Kisah-kisah Dari Buntet Pesantren

Penulis: Munib Rowandi Amsal Hadi

Penerbit: KALAM (Komunikatif dan Islami)

Tahun : II, 2012

Tebal: x + 94 Halaman

Harga : Rp. 25.000,-

Peresensi: Sobih Adnan, Santri Pondok Pesantren Buntet dan Kempek, Cirebon.

Dari (Pustaka) Nu Online: http://www.nu.or.id/post/read/43776/pahlawan-pahlawan-dari-pesantren

Oki Setiana Dewi

Kamis, 19 Mei 2011

Majalah Risalah Edisi Terbaru: Puasa dan Berlebaran Cara NU

Nahdlatul Ulama (NU) telah meng-ikhbar-kan 1 Ramadhan jatuh pada Senin, 6 Juni 2016. Hal ini berdasarkan keputusan dan ketetapan yang dilakukan oleh pemerintah melalui sidang itsbat pada Ahad (5/6) malam. Ketetapan ini berdasarkan pada pengamatan Hilal di 93 titik yang disebar oleh Kemenag dengan menggandeng LAPAN, Lembaga Falakiyah PBNU, dan lain-lain.

Nahdlatul Ulama tetap berpegang teguh pada metode rukyatul hilal sebagai instrumen penetapan awal bulan hijriah, termasuk Ramadhan dan Syawal. Langkah ini sama sekali tidak menafikan metode Hisab, karena metode perhitungan secara matematis ini perlu dibuktikan secara empiris.

Majalah Risalah Edisi Terbaru: Puasa dan Berlebaran Cara NU (Sumber Gambar : Nu Online)
Majalah Risalah Edisi Terbaru: Puasa dan Berlebaran Cara NU (Sumber Gambar : Nu Online)


Majalah Risalah Edisi Terbaru: Puasa dan Berlebaran Cara NU

Ketua Lembaga Falakiyah PBNU, KH Ghazali Masroeri sering menekankan kepada seluruh masyarakat bahwa NU sama sekali tidak menafikan metode hisab, tetapi justru NU menggunakan metode hisab dengan almanak yang diterbitkan setiap tahun.

Namun demikian, berangkat dari Sabda Rasulullah SAW, Berpuasalah setelah melihat bulan, dan berlebaranlah setelah melihat bulan, NU tidak berhenti di satu metode, tetapi berusaha membuktikan perhitungan matematis secara empiris dengan mengamati hilal secara langsung.

Oki Setiana Dewi

Oki Setiana Dewi

Demikian sekilas ulasan tentang Majalah Risalah Edisi 61/Tahun X/1437 H/Juni 2016 yang merupakan edisi terbaru. Selain mengulas persoalan puasa, Majalah yang kini dikemas dengan tampilan yang lebih besar ini juga melaporkan kegiatan International Summit of The Moderate Islamic Leaders (Isomil) yang diselenggarakan PBNU pada 9-11 Mei 2016 lalu di JCC Senayan Jakarta.

Kemudian, momen bulan haji juga dimanfaatkan Redaksi Majalah Risalah untuk mengulas perkara haji yang kini banyak mengalami perubahan secara pembiayaan yang lebih murah. Tentu hal ini merupakan kabar baik bagi para calon Jamaah Haji. Hal menarik lain yang juga perlu diketahui yaitu, Kementerian Agama mengeluarkan peraturan bahwa jemaah yang sudah pernah melakukan ibadah haji tidak diperkenankan berangkat lagi agar memberi kesempatan kepada jemaah yang belum pernah melakukan ibadah haji.

Edisi terbaru yang terbit 66 halaman ini juga memuat berbagai informasi dan bacaan substantif lain. Di bagian akhir majalah ini, terdapat tulisan renyah dari Dosen muda Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Indonesia, Fariz Alniezar yang mengulas tentang moderatisme keislaman yang selama ini diteguhkan oleh NU sehingga corak Islam khas Nusantara kerap menjadi inspirasi bagi carut marut dunia Islam selama ini. Selamat membaca! (Fathoni)

Dari (Pustaka) Nu Online: http://www.nu.or.id/post/read/68800/majalah-risalah-edisi-terbaru-puasa-dan-berlebaran-cara-nu-

Oki Setiana Dewi

Selasa, 19 April 2011

Mari Membunuh Indonesia dengan Jargon Rokok Membunuhmu!

Oki Setiana Dewi - Mengapa ada iklan "Rokok Membunuhmu" namun rokok masih diproduksi dan tidak ada pabrik rokok yang ditutup? Membunuh tapi tetap dibiarkan? Membunuh tapi tetap dilegalkan, apa ini pembunuhan yang legal jika benar merokok membunuh. Adakah agenda tersembunyi dari dinamika ini? Tahukah Anda bahwa balik logika kesehatan itu ada keserakahan kaum kapitalis asing yang hendak menguasai bisnis global di bidang kretek?

Pertarungan politik bisnis internasional menyebabkan Indonesia kehilangan kekayaan negeri sendiri. Dulu, Indonesia pernah berjaya dengan penjualan minyak Mandar (Sulawesi Selatan), namun kini telah diluluhlantakkan dengan bombardir minyak sayur.

Isu medianya menyebutkan bahwa minyak mandar tidak baik untuk kesehatan oleh Amerika. Hal itulah yang kini juga diberlakukan pada produk rokok kretek. Lewat WHO, WTO, pemerintahan Indonesia diingatkan soal bahaya nikotin tinggi dalam rokok.

Mari Membunuh Indonesia dengan Jargon Rokok Membunuhmu! - Oki Setiana Dewi
Mari Membunuh Indonesia dengan Jargon Rokok Membunuhmu! - Oki Setiana Dewi


Mari Membunuh Indonesia dengan Jargon Rokok Membunuhmu!

Begitu pula yang terjadi dalam komoditas lokal gula, garam, jamu dan obat herbal. Julukan pulau sejuta emas untuk pulau Selayar pun lenyap cerita. Mungkin tak banyak yang tahu kalau di daratan Sulawesi di tahun 1960-an adalah hamparan pulau kelapa yang menjadi tambang hidup rakyat.

Oki Setiana Dewi

Kelapa sering disebut emas hijau berkibar-kibar di sepanjang jazirah Sulawesi, hingga tiba badai jatuhnya harga kopra dunia di tahun 1980. Ditambah dengan derasnya kampanye perang anti kelapa, benar-benar mengubur minyak kelapa. Pada tahun 90-an, negeri Uwak Sam, Amerika, getol mengampanyekan bahaya minyak kelapa bagi kesehatan. Sebagai gantinya diperkenalkanlah minyak kedelai yang lebih bersahabat dengan kesehatan.

Indonesia yang sudah berabad-abad menggunakan minyak kelapa akhirnya takluk juga. Pelan tapi pasti minyak kelapa dijauhi, membuatnya tak laku dan industri ini pun gulung tikar. Hal yang sama terjadi pada gula. Tahun 1930-an, Indonesia produsen gula nomor dua dunia di bawah Kuba. Tapi sejak tuan International Monetary Fund (IMF) datang ke Indonesia tahun 1998, yang memaksa pemerintah melepas tata niaga, termasuk diantaranya gula, maka gula import membanjir. Sejak itu pula tamatlah industri lokal surga para semut itu.

Oki Setiana Dewi

Sementara garam pernah berjaya di tanah air sendiri pada 1990-an. Kita bahkan mengekspor ke manca negara. Tapi sejak Akzo Nobel gencar kampanye garam yodium, pabrik-pabrik garam nasional bangkrut. Jamu juga mengalami nasib tragis. Posisinya sudah kian tersudut oleh obat farmasi modern. Herbal diragukan keampuhannya. Dukungan pemerintah juga minim. Jangan kaget temulawak dipatenkan oleh anak perusahaan LG, Korea Selatan.

Lagi dan lagi, pemerintah Indonesia menggunakan kacamata kuda dengan temuan baru yang dibungkus rapi dalam baju akademis dan kesehatan.

Kampanye inte[l]nasional disambut karpet merah, sementara industri lokal yang menjadi korban kampanye tak disokong, baik dalam bentuk kredit, subsidi, tekonologi, riset, proteksi harga dan lainnya.

Sementara industri tembakau lamban tapi pasti mengikuti jejak matinya kopra, gula, garam, jamu. Tembakau kini kian tersisih peredarannya seiring dengan aneka beleid baru yang membatasinya. Tak lama setelah Soeharto jatuh, medio 1999, menyeruaklah isu perlunya pembatasan kadar kandungan tar dan nikotin.

Dengan berlindung di balik isu kesehatan, beleid pembatasan tembakau akhirnya disahkan tahun 2009. Industri rokok kretek terpukul, sementara rokok putih diuntungkan. Dengan slogan "low tar, low nicotin", rokok kretek sempoyongan, sementara rokok putih yang menggunakan tembakau Virginia masih di atas angin, padahal selama ratusan tahun rokok putih tak pernah bisa menggeser rokok kretek.

Dalam buku "Membunuh Indonesia. Konspirasi Global Penghancuran Kretek" diulas tentang adanya perang global melawan tembakau. Kampanye anti tembakau sesungguhnya bermula dari persaingan bisnis nikotin antara industri farmasi dengan industri tembakau di Amerika Serikat. Perusahaan farmasi berkepentingan menguasai nikotin sebagai bahan dasar produk Nicotine Replacement Therapy (NRT).

Di dalam negeri ada dua sisi yang bertolak belakang. Di satu sisi kebijakan anti tembakau sukses besar. PP tembakau sudah direvisi berkali-kali, puluhan perda anti tembakau, UU Kesehatan dan RPP Pengamanan Produk Tembakau sebagai Zat Adiktif sedang digodog, kawasan dilarang merokok dibuat, iklan rokok pun tak selonggar dulu.

Sementara di sisi lain, impor tembakau meningkat tajam. Tahun 2003 sebesar 29.579 ton naik menjadi 35.171 ton di 2004. Hingga 2008 mencapai 77.302 ton. Dalam waktu lima tahun ada kenaikan 250 persen. Impor cerutu juga naik. Rata-rata kenaikan 197,5 persen per tahun. Tahun 2004 impor cerutu masih US$ 0,09 juta, di tahun 2008 naik menjadi 0,979 juta.

Philips Morris mencaplok Sampoerna (2005) dan BAT mengakuisi Bentoel (2009). Perusahaan farmasi yang menjual terapi rokok juga kian populer di Indonesia. (Industri kretek yang masih berada di tangan pihak Indonesia adalah Djarum, Gudang Garam, Djeruk dari daerah Kudus, Wismilak.)

Selamat datang penguasa rokok dunia, selamat tinggal industri rokok kretek yang megap-megap menjelang ajal kematian. Industri kretek dalam negeri yang memayungi hampir 30 juta orang yang bekerja di sektor ini.

Lambat tapi pasti rokok kretek menuju liang kematian yang sebelumnya telah ditempati kopra, gula, garam, jamu, dan puluhan lainnya.

Buktinya, iklan "Rokok Membunuhmu" hadir melalui Peraturan Pemerintah (PP) 109/2012. Spirit PP tersebut menghancurkan industri kretek nasional untuk digantikan oleh rokok putih milik Phillip Morris dan BAT.

Kampanye "Rokok Membunuhmu" disponsori oleh Bloomberg Initiative, sebuah lembaga berkedudukan di Amerika Serikat. Bloomberg Initiative mengumumkan bahwa lembaga itu menyeponsori (membiayai) ilmuwan, kaum profesional, lembaga penelitian, lembaga yang mengamati produk dan kenyamanan hidup masyarakat yang membelinya, juga, termasuk, menyeponsori lembaga keagamaan, agar membuat fatwa haram atas rokok. Jadi jelas bahwa ada laku manusia yang mencerminkan keserakahan global.

Banyak pihak dipengaruhi dengan duit. Para pejabat di departemen, tingkat menteri, di bawah menteri, gubernur, bawahannya, bupati atau wali kota dan bawahan mereka, semua menjadi korban yang berbahagia karena limpahan duit yang tak sedikit jumlahya untuk masing-masing pihak. Mereka menjadi korban kecil karena harus membuat aturan dan sejumlah larangan merokok, yang mungkin tak sepenuhnya cocok dengan hati nurani.

Tapi apa artinya hati nurani di jaman edan ini dibanding duit melimpah? Para pejabat itu rela membunuh hati nurani mereka sendiri demi uang.

Rokok kretek kita sangat khas. Dan di negeri orang bule, kretek kita mengantam telak perdagangan rokok putih mereka. Kretek unggul. Dan karena itu mereka berhitung bagaimana kretek bisa mereka caplok.

Berbeda dengan penemuan Prof Sutiman Bambang Sumitro dari Pusat Penelitian Peluruhan Radikal Bebas di Malang. Setelah penelitian belasan tahun, salah satu bukti ilmiah yang ditemukan adalah asap rokok memang mengandung zat merugikan, namun tak cukup kuat sebagai penyebab kanker.

Lebih jauh lagi, teori Prof Sutiman menyatakan, rokok menyebabkan kanker kebanyakan hanya hasil pengolahan data di rumah sakit, bukan di lapangan. Jadi, asal ada pasien mengidap kanker, dan kebetulan dia merokok, serta-merta rokok lah yang dituding sebagai penyebab tunggalnya.

Variabel-variabel lain yang terkait dengan gaya hidup si pasien, semisal 'asupan' polusi asap kendaraan, konsumsi MSG, dan sebagainya, diabaikan. Metode semacam itu jelas melanggar kaidah eksperimen ilmiah.

Dengan teori baru hasil penelitian ilmuwan bangsa sendiri tersebut, menjadi cukup jelas kenapa di sekitar kita banyak perokok aktif yang tetap sehat sampai lanjut usia.

Banyak tokoh nasional yang perokok kretek tetap bugar dan produktif hingga usia senja. Sebut saja misalnya Haji Agus Salim, mantan Menteri Pendidikan Prof Fuad Hasan, penulis besar Pramoedya Ananta Toer, master menggambar Pak Tino Sidin, tokoh Muhammadiyah Prof Malik Fadjar, dan masih banyak contoh lain.

Industri rokok disasar ingin dijatuhkan karena sudah memberikan sumbangan berharga bagi struktur ekonomi Indonesia. Kekuatan industri kretek itu setidaknya karena beberapa hal. Pertama, tumbuh berkembang dan bertahan lebih dari satu abad tanpa ketergantungan modal pada negara. Kedua, menggunakan hampir 100% bahan baku dan konten lokal.

Ketiga, terintegrasi secara penuh dari hulu ke hilir dengan melibatkan tak kurang dari 30,5 juta pekerja langsung maupun tak langsung. Keempat, industri melayani 93% pasar lokal. Dengan karakter sekokoh itu, tak ayal industri kretek menjadi salah satu prototipe kemandirian ekonomi nasional.

Kekuatan inilah yang diincar neo-kolonialis gaya baru ingin menguasai industri rokok, tapi dengan mematahkan ketangguhan industri kretek Indonesia. Caranya lewat kampanye anti yang sekarang diganti dengan jargon Rokok Membunuhmu. [Oki Setiana Dewi]

Sumber Info: Buku Membunuh Indonesia. Konspirasi Global Penghancuran Kretek

Penulis: Abhisam DM, Hasriadi Ary, Miranda Harlan

Penyunting: Abhisam DM

Penerbit: Kata Kata Terbit: Desember 2011

Dari : http://www.dutaislam.com/2016/08/mari-membunuh-indonesia-dengan-jargon-rokok-membunuhmu.html

Selasa, 08 Maret 2011

Ini yang Tidak Boleh Dilakukan Saat Ziarah ke Makam KH Ahmad Dahlan

Pintu masuk makam KH Ahmad Dahlan Oki Setiana Dewi - Jumlah makam pahlawan nasional di Provinsi Yogyakarta hingga tahun 2016 ini totalnya ada 15. Di antara ke-15 itu, tersebut nama pendiri Ormas Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan, yang berlokasi di komplek makam umum kampung Karangkajen, Rt. 41 Rw. 11, Kel. Brontokusumo, Mergangsan, Yogyakarta.

Nursyamhudi (53), penjaga makam, kepada Oki Setiana Dewi mengatakan kalau tanah makam tersebut adalah tanah keraton. Makanya, para penjaga makam harus abdi dalem Keraton Yogyakarta. "Saya baru dua tahun gantikan kang mas saya," kata Nursyamhudi kepada Oki Setiana Dewi saat berkesempatan ziarah ke lokasi, Senin (22/08/2016) sore.

Ini yang Tidak Boleh Dilakukan Saat Ziarah ke Makam KH Ahmad Dahlan - Oki Setiana Dewi
Ini yang Tidak Boleh Dilakukan Saat Ziarah ke Makam KH Ahmad Dahlan - Oki Setiana Dewi


Ini yang Tidak Boleh Dilakukan Saat Ziarah ke Makam KH Ahmad Dahlan

Dalam pengamatan Oki Setiana Dewi, makam KH Ahmad Dahlan nampak cukup bersih. Kata Nasruddin, warga Sleman yang ketika itu ikut ziarah, makam pendiri Muhammadiyah tersebut lebih baik dibanding pertama ketika ia pindah ke Jogja tahun 2006 silam. Tahun itu, katanya, makam tersebut masih tidak terawat, "alhamdulillah sekarang sudah bersih dan rapi," ujar Nasruddin.

Oki Setiana Dewi

Namun, untuk ziarah ke makam tersebut, Anda tidak akan leluasa melaksanakan tahlilan sebagaimana lazimnya di makam-makam wali. Pasalnya, posisi makam terletak di samping tembok pembatas persis di kiri gerbang masuk kompleks. Untuk bersila saja tidak akan bisa kecuali membawa tikar sendiri.

Sesekali, aku Nursyamhudi, ada ratusan orang yang ziarah ke makam KH Ahmad Dahlan. Dari Jawa Tengah, rombongan Kabupaten Banjarnegara sering ke makam. Jumlahnya ratusan orang. Paling banyak, katanya, adalah rombongan ziarah dari Provinsi Jawa Timur.

Di dalam makam, para peziarah hanya disarankan untuk berdoa saja, "al-Fatihah saja," kata Syamhudi, "kalau niat berdoa tidak apa. Kalau niat ngalap berkah kulo sing mboten sambung," lanjutnya ketika ditanya ritual ziarah yang disarankan.

Oki Setiana Dewi

Nursyamhudi juga menerangkan tidak ada haul khusus atas tanggal wafatnya KH Ahmad Dahlan. Namun, tiap tanggal 15 Ruwah (Sya'ban), para ahli waris berkumpul di makam untuk berdoa dan bersih-bersih makam kiai.

Bersama beberapa rekannya, Nusyamhudi merawat kompleks makam. Namun, khusus makam pahlawan KH Ahmad Dahlan, ia selalu membersihkan secara rutin. Ia mengaku tidak digaji siapapun untuk melaksanakan itu semua, alias ikhlash.

Karena abdi dalem, tiap tiga bulan sekali ia berkumpul bersama penjaga makam tanah keraton lainnya. Kadang diberi sumbangan seikhlasnya karena merawat makam tokoh pahlawan. Nursyamhudi adalah penjaga kompleks makam yang meneruskan tugas kakaknya, Nur Hadi, yang juga meneruskan M Jazir, ayahnya, dan Mbah Mughni, kakek. Semuanya adalah abdi dalem keraton.

Menurut keterangan yang didapatkan Oki Setiana Dewi, KH Ahmad Dahlan dan juga Jenderal Sudirman, yang dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Yogyakarta, keduanya adalah waliyullah sebagaimana KH Hasyim Asy'ari yang terkenal waliyullah juga. Sebelum NU terbentuk, Mbah Dahlan dapat rekom mendirikan ormas dari Mbah Cholil Bangkalan. Silakan ziarah, tapi harus ijin dulu kepada penjaga! [Oki Setiana Dewi]

Dari : http://www.dutaislam.com/2016/12/ini-yang-tidak-boleh-dilakukan-saat-ziarah-ke-makam-kh-ahmad-dahlan.html

Minggu, 25 Oktober 2009

Marak Ujaran Kebencian di Medsos, Cyber Jateng: Siap Lawan!

Oki Setiana Dewi - Akhir-akhir ini, situs online dan iklim media sosial kian panas dan ramai dengan tema-tema keislaman, namun banyak yang berbau SARA dan menghasud. Ironisnya, banyak yang menshare tanpa tahu kalau konten ternyata isinya hoax.

Marak Ujaran Kebencian di Medsos, Cyber Jateng: Siap Lawan! - Oki Setiana Dewi
Marak Ujaran Kebencian di Medsos, Cyber Jateng: Siap Lawan! - Oki Setiana Dewi


Marak Ujaran Kebencian di Medsos, Cyber Jateng: Siap Lawan!

Demikian dikatakan oleh Hasan Habibie dalam Workshop Digital Literasi bertema "Deradikalisasi Dunia Maya Berbasis Pendidikan Damai", yang diselenggarakan oleh Lakpesdam NU Kota Semarang, di Aula Perpustakaan Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) Semarang, Sabtu (30/12/2016) pagi.

Menurut Hasan, jumlah netizen yang kini ada 87 juta orang (Indonesia) mudah terprovokasi dan mudah emosi dengen gesekan isu SARA sedikit, "beda pandangan sedikit soal demo 212, sudah berani dengan kiai," ujar Hasan di sesi pertama acara,

Dalam provokasi dunia maya, yang dipentingkan saat ini bukanlah kebenaran, tapi memoles kebohongan sehingga terkesan memiliki kebenaran, "itulah hoax," lanjut Hasan, "dalam bahasa lain, internet sekarang akhirnya bisa hidup bila kebohongan bisa dipoles jadi kebenaran, post truth era istilahnya," imbuhnya di hadapan puluhan mahasiswa dan santri se Semarang.

Atas fenomena busuk itulah, Hasan Habibie yang juga dari Pustekkom Kemendikbud itu, hanya menginginkan supaya para santri melek literasi digital, "santri bisa searching internet dengan benar, that is enaught," bebernya. Itu sangat stategis bagi santri mengingat selama ini musuh bersama kelompok pembuat hoax adalah Nahdlatul Ulama (NU).

Untuk alasan tersebut, peserta sepakat untuk membentuk poros melek digital di wilayah Jawa Tengah dengan nama Aswaja Cyber Jateng, yang dideklarasikan langsung bersama sekretaris Lakpesdam NU Semarang, Rikza Chamami, tepat pukul 15.30 WIB.

Agus Fathuddin, jurnalis senior dan Sekjen PCNU Kota Semarang yang hadir dalam pembukaan mengharapkan kepada gerakan Cyber Aswaja Jateng itu bisa membantu para kiai yang selama ini, menurutnya, merasakan kegundahan sejak ada perseturuan antara GNPF dan Ahok di Jakarta. "Kita ini diserang, tapi tidak terasa," papar Agus.

Acara yang berlangsung hingga sore hari tersebut didukung juga oleh Oki Setiana Dewi bersama pembicara yang juga aktif sebagai admin website aswaja, antara lain Sholahuddin Ahmad (Ansorjateng.net), Abdullah Hamid (Ayomondok.com), Munawir Aziz (Islami.co) dan M Abdullah Badri (Nujepara.or.id). [Oki Setiana Dewi]

Dari : http://www.dutaislam.com/2016/12/marak-ujaran-kebencian-di-medsos-cyber-jateng-siap-lawan.html

Nonaktifkan Adblock Anda

Perlu anda ketahui bahwa pemilik situs Oki Setiana Dewi sangat membenci AdBlock dikarenakan iklan adalah satu-satunya penghasilan yang didapatkan oleh pemilik Oki Setiana Dewi. Oleh karena itu silahkan nonaktifkan extensi AdBlock anda untuk dapat mengakses situs ini.

Fitur Yang Tidak Dapat Dibuka Ketika Menggunakan AdBlock

  1. 1. Artikel
  2. 2. Video
  3. 3. Gambar
  4. 4. dll

Silahkan nonaktifkan terlebih dahulu Adblocker anda atau menggunakan browser lain untuk dapat menikmati fasilitas dan membaca tulisan Oki Setiana Dewi dengan nyaman.


Nonaktifkan Adblock